[caption id="attachment_320496" align="aligncenter" width="650" caption="Everest Yang Indah dan Berbahaya"][/caption]
Dalam dua bulan terakhir ini sejak bulan Maret 2014 musibah besar menggocangkan dunia. Pertama musibah di udara yaitu hilangnya pesawat MH370 milik Malaysia Airlines, di laut karamnya dengan cepat kapal feri di Korea Selatan dan, hari ini di darat pun musibah terjadi di Nepal, pendaki berizin gunung tertinggi di dunia Gunung Everest terkena longsoran dataran tinggi. Total korban bencana dunia ini tidak sedikit diperkirakan tak kurang dari 526 orang tewas dalam musibah di udara, laut dan darat ini.
Pada Sabtu 9 Maret yang lalu Pesawat Boeing 777-200 milik Malaysia Airlines yang bertolak dari Kuala Lumpur menuju kota Beijing, China pada pukul 00.4, seharusnya, pesawat itu tiba di Beijing pada hari sama pukul 06.30, tetapi dua jam setelah lepas landas pesawat itu hilang kontak. Pesawat itu membawa 227 penumpang dan 12 awak. Dipastikan saat ini akan sulit untuk menemukan puing-puing pesawat ini juga mayat seluruh penumpang. Sampai sekarang baik penyebab pesawat maupun dimana tempat pesawat dan seluruhnya isinya itu hilang, bahkan sampai batas akhir sinyal black box-nya pun masih belum dapat diketemukan. Situasinya pun semakin sulit. Semua yang terkait hilangnya pesawat itu nampaknya masih misteri dan perlu waktu yang lama untuk bisa memecahkan.
[caption id="attachment_320497" align="aligncenter" width="649" caption="Pray For MH370"]
Belum hilang rasa penasaran dan kesedihan dunia akan hilangnya pesawat MH370 itu, dua hari yang lalu 16 April 2014 di laut sebuah kapal feri bernama SEWOL seberat 6,825 ton di yang membawa 459 orang terbalik dan tenggelam di laut lepas dari pelabuhan Incheon menuju suatu pulau resor di bagian selatan Jeju, Korea Selatan. Penumpang itu terdiri dari 30 anggota awak, 325 siswa SMA, 15 guru sekolah dan 89 penumpang biasa. Berita terakhir menurut CBC News, 28 penumpang dinyatakan tewas, dan 270 penumpang hilang dan dikhawatirkan tewas, hanya179 korban dilaporkan berhasil diselamatkan termasuk kapten kapal feri yang lari dari tugas menyelamatkan.
Terlihat bahwa dari puluhan sekoci yang tersedia di kapal feri itu hanya satu sekoci yang dilepas untuk menyelamatkan korban.
Tragedi ini lebih menyedihkan dengan kenyataan bahwa sebagian besar korban adalah siswa SMA dari pinggiran kota Seoul, Ansan yang sedang merencanakan liburan empat hari menuju sebuah pantai resor Jeju.
[caption id="attachment_320499" align="aligncenter" width="779" caption="Kapal feri Sewol yang sedang tenggelam"]
Sementara penyelamatan masih berlangsung sampai saat ini, kepala penjaga pantai Korsel Kim Suk-Kyoon menyebut bahwa ada 550 penyelam yang terlibat dalam upaya pencarian tersebut.
Dilaporkan penyebab terbalik dan karamnya kapal feri ini belum diketahui dengan jelas. Namun saksi mengatakan mendengar benturan, sebelum kapal itu miring dan tenggelam dengan cepat. Salah satu penumpang mengatakan kepada saluran berita YTN, “Kami mendengar suara dentuman besar dan perahu berhenti.” Dan diumumkan pada saat terjadinya insiden itu seluruh penumpang diminta untuk duduk diam di tempat.
Belum kering basah air mata kesedihan keluarga korban di udara dan di laut itu, di di darat pun musibah sedang terjadi. Di Kathmandu Nepal seperti yang dilaporkan oleh CNN satu jam yang lalu, pada hari ini pagi hari tadi Jumat 18 April 2014, Dua orang pendaki gunung tewas dan 10 orang belum ditemukan dalam peristiwa longsornya salju di pegunungan Everest, Nepal. Peristiwa itu terjadi tadi pagi saat para pendaki hendak menuju puncak Everest. Evakuasi sampai saat ini masih terus dilakukan.
Pejabat dari Kementerian Pariwisata Nepal, Tilak Pandey Ram, mengatakan para pendaki yang terkena longsoran itu sebagian besar warga Nepal. Jumlah rombongan mereka sekitar 50 orang.
"Mereka terkena longsoran salju yang jatuh dari ketinggian lebih dari 20 ribu kaki," kata Tilak Pandey, seperti dikutip dari CNN, Jumat (18/4/2014)
Sampai saat ini sekitar 300-an pendaki telah mendapat izin untuk mendaki Everest untuk bulan Mei.
Jika musibah datang dimana saja baik di udara, laut maupun darat di planet bumi ini, siapapun sulit bahkan tidak bisa menghindar. Lalu kenapa musibah ini datangnya beruntun di bulan Maret dan April tahun ini? Sebagai umat beragama, kita hanya mampu meminimalkan terjadinya musibah dengan tetap meyakini bahwa semua musibah adalah rahasia dan kehendak Tuhan.
Kita semua berdoa agar semua korban bisa ditemukan segera dan keluarga korban diberikan ketabahan.
-------mw-------
*) Penulis adalah Jokowi Lover yang lebih cinta Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H