[caption id="attachment_338280" align="aligncenter" width="342" caption="Asap Asap Di Ujung Mati"][/caption]
Sungguh kamu itu menganiaya dirimu sendiri
sudah diperingati dengan ancaman bahaya mati
tapi hati sanubarimu seolah tertutupi
tapi akalmu pun berpikir tak peduli
dengan bangga katamu sambil tertawa
sungguh nikmat hisapan asap-asap itu
lebih baik terputus cinta dibanding tanpanya sehari saja
sungguh tanpa asap-asap itu pening kepalaku
tak terasa racun asap-asap itu menumpuk dalam tubuhmu
dengan berjalannya waktu membekukan darahmu
menyumbat pembuluh darah jantungmu
lalu nyeri membakar dada menyergap sewaktu-waktu
lalu nikmat asap-asap itu tak terasa lagi
berubah menjadi siksa berhari-hari
bernafas tersengal-sengal capai setengah mati
nyaman hidup pun tak terasa lagi
lalu apa maumu jika pembuluh darah tersumbat menghenti?
lalu apa dayamu jika kini kamu terbaring seolah mati?
lalu apa alasan yang kamu buat lagi?
kini lalu apa kamu bisa tertawa lagi?
jika nafasmu seperhirupan buku jari
dengan rasa sakit menjalar ke seluruh pori-pori
jika otakmu seakan pecah terburai
dengan sakit tak terperi
kamu seolah dalam gelap terkubur hidup hingga nafasmu senin kamis
udara yang kamu bisa hirup seolah menipis
waktu sedetik serasa bak setahun lamanya
derita sengsara terasa membakar jiwa raga
jika kamu di ujung sakaratul maut dengan sakit tak terkira
dengan cucuran air mata kamu kerahkan seluruh kemampuan doa
maka kamu akan meminta dengan segenap kerelaan jiwa raga harta
maka kamu akan memohon dengan sumpah yang kamu punya
suaramu menghiba-hiba dengan deritamu kini kamu merasa lebih baik mati
tapi nyawa dalam tubuhmu tak mau bergerak pergi
maka kamu akan berdoa ribuan kali
bahkan jutaan kali janji-janji