Mohon tunggu...
Mas Wahyu
Mas Wahyu Mohon Tunggu... In Business Field of Renewable Energy and Waste to Energy -

Kesabaran itu ternyata tak boleh berbatas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ahok vs 2,000 PNS DKI: Siapa Kucing Siapa Tikus?

14 Desember 2014   15:11 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:20 1664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Baiklah..! Agar kita terhindar dari terancamnya kepunahan bangsa tikus, kita harus mengetahui jika kucing datang mengendap keberadaan kita dari tepat persembunyiannya. Kita harus segera tahu jika kucing datang. Kita pasang lonceng kecil di leher kucing," demikian kata tetua dewan penasehat tikus yang dianggap paling bijaksana.

Seluruh rakyat tikus gembira demi mendengar saran jitu serta efisien dan efektif itu. Mereka melakukan standing applause dan memuji tokoh tetua tikus itu.

"Lalu siapakah yang akan memasang satu lonceng di leher setiap kucing itu?" lanjut tetua itu pada semua tikus yang hadir.

Demi mendengar pertanyaan tetua itu seluruh bangsa tikus diam tak bersuara. Mereka menyadari bahwa memasang lonceng di tiap leher kucing sama dengan menyerahkan dirinya menjadi mangsa kucing, hewan yang menjadi musuh bebuyutan mereka.

Ada minimal dua hikmah yang kita bisa dapatkan dari kisah tentang kucing dan tikus di atas adalah sebagai berikut:
1. Kita tak bisa melawan suatu hukum alam: bahwa ada predator tentu ada mangsa
2. Perencanaan yang baik memerlukan keberanian untuk melaksanakannya.
3. Setiap ada bangsa ada pemimpinnya
4. Setiap mainstream selalu ada anti-meanstream

Keterkaitannya kisah kucing dan tikus dan judul Ahok melawan 2,000 PNS DKI di atas itu apa?

Kita tahu karena kita bersama mengalami bahwa setelah jatuhnya era Soeharto tahun 1998 yang digantikan oleh era reformasi bangsa Indonesia sampai detik ini bukan malah menjadi lebih baik salah satunya dilihat dari perilaku pejabat kita. Alih-alih mereka menjadi pejabat yang memberi teladan yang baik bagi rakyatnya, justru mereka berperilaku menindas dan pengkhianat. Di mana saja hampir selalu ada pemimpin yang menyalahgunakan amanah kekuasaannya. Korupsi, kolusi, narkoba, hedonis dan perilaku bejat dan lancung lainnya. Hampir seperempat abad kita dalam era seperti ini. Sudah menjadi hukum alam bahwa dalam puncak kegelapan suatu bangsa selalu lahir sosok pemimpin yang anti-mainstream. Faktanya terjadi di Indonesia di tengah perilaku bejat para pejabat yang sudah terstruktur, sistematis dan masif muncul sosok pemimpin yang berlawanan dengan yang terjadi. Saat ini sosok pemimpin itu misalnya Joko Widodo (Jokowi), Basuki Tjahaya Purnama (Ahok), Ridwan Kamil, Tri Rismaharini, Ganjar Pranowo, Jarot Saiful Hidayat dan lain-lain. Mereka akan dan diharapkan membawa perjalanan bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik. Mereka akan melakukan perbaikan-perbaikan yang berat untuk diterima oleh rasa dan logika.

Setelah menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta Ahok memilih Jarot Saiful Hidayat sebagai wakilnya. Pelantikan Jarot tinggal menunggu waktu, rencananya ia akan dilantik Ahok pada 18 Desember 2014. Duet Ahok dan Jarot memulai duet mereka dengan keinginan yang sama. Ahok dan Jarot kompak soal pejabat Pemprof DKI Jakarta.

"Kalau masalah birokrasi perombakan kayak begitu itu relatif mudah. Yang sulit itu mengubah mindset, pola pikir pejabat DKI. Mereka itu harus lebih berani lagi, berani bertanggung jawab, berani mengambil keputusan, dan tentunya harus punya kreativitas," ucap Jarot seperti dikutip oleh Kompas.com "Djarot Ingin Ubah "Mindset" PNS DKI" tertanggal 11 Desember 2014.

Ahok pun menyambut Jarot dengan rencananya merombak PNS dengan jumlah cukup fantastis: 2,000 orang. Kompas.com memberitakan bahwa Gubernur DKI Jakarta Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama mengatakan, Desember ini, ia akan melakukan perombakan besar-besaran di lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Perombakan akan dilakukan terhadap jabatan yang ada di eselon II, III, hingga IV.

Ahok berujar, kemungkinan besar akan ada 2.000 Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang akan kehilangan jabatannya. Mereka terancam hanya akan menjadi staf tanpa memegang jabatan apapun. Sumber berita "Bulan Ini, Ahok Akan "Stafkan" 2.000 PNS DKI" tertanggal 13 Desember 2014.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun