Ternyata sudah dua tahun saya absen menulis dari Kompasiana. Sebelum hibernasi menulis saya selalu berbagi cerita tentang fotografi jalanan atau street photography. Foto jalanan yang saya dapatkan sore tadi memicu saya untuk menulis lagi dan berbagi.
Fotografi jalanan mempunyai beberapa kesamaan dengan foto dokumenter sosial atau bahkan fotografi jurnalistik. Yang membadakan dengan keduanya adalah tujuan dan metodenya. Fotografi jalanan adalah kegiatan yang tidak terencana dan tujuannya adalah menciptakan karya seni.Â
Hasil foto akhir dari tiga mazab ini bisa saja sama. Kisah atau cerita dari fotografi jalanan biasanya tercipta sesudah foto dibuat sedangkan dalam fotografi dokumenter biasanya cerita atau konsep cerita sudah dibuat sebelum foto diambil.
Saya barangkali termasuk orang yang terobsesi dengan fotografi jalan. Kemanapun saya selalu membawa kamera. Strategi membawa kamera kemanapun ini adalah resep manjur dari para tokoh fotografi jalanan. Sore ini saya berburu foto sambil olah raga jalan sore.Â
Saya tidak mempunyai rencana atau ide memotret subjek atau objek tertentu. Ketika saya berjalan di bawah jembatan kereta api, saya melihat sepasang remaja menikmati senja di atas jembatan kereta api sambil merokok dan minum kopi. Pertama yang terlintas di pikiran saya: nggak bahaya to? Pikiran kedua: subjek menarik untuk fotografi.Â
Maka saya mengambil foto secara candid. Pikiran ketiga: kalau ada kereta lewat fotonya kan lebih dramatis. Maka saya menunggu kereta lewat, dan untungnya tidak sampai 5 menit ada kereta lewat.Â
Saya memotret dengan kecepatan 1/250 detik supaya gambarnya tajam tidak goyang. Hasilnya menurut saya lumayan tetapi kurang dramatis. Maka muncul pikiran keempat: harusnya difoto dengan kecepatan shutter rendah misalnya 1/30 detik sehingga ada motion blur dari kereta supaya nampak bahwa keretanya bergerak.
Sayangnya (untuk saya) atau untungnya (untuk dua remaja itu) ada petugas KAI yang datang. Dia memperingatkan dua remaja tersebut bahwa nongkrong di atas jembatan kereta adalah melanggar aturan dan berbahaya. Sebelum kereta berikutnya lewat dan saya mengganti shutter speed dua remaja tersebut sudah menghilang, menghindari petugas KAI yang memarahi mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H