menjalar aku pada tiang -tiang kesadaranku..
mencoba meraih puing logikaku ... terjatuh dan sirna..
curam- mata hati memandang jauh kebawah
diantara jutaan binatang pemakan bangkai di tukik lambung jiwanya..
suram .. wajah nafsu meleletkan lidah munafiknya .. kemana engkau desisnya..
getar jemari mencengkeram tanah basah ..
agar tak jatuh-tak meluncur tubuh kecuram tebing kearifan ..
aku tak mau jatuhh !
masih segumpal darah dan sehela nafas..
sedegub hidup diantara keriuhan yang kosong..
menatap pelangi asa yang siap pudar ketika matahari pergi..
aku benci panasnya .. aku hanya butuh terangnya..
ceracauku.. pada matahari .. ketika rembulan tiba kusangka itu cahayanya...
melambai lembut memasuki ruang sepi dibilik jiwaku..
temarammu menghangatkanku..pikirku
cahayamu membuai nalarku ... pikirku
tanpa ku tahu .. cahayamu bukan milikmu...
aku kehilangan kamu.. aku jatuh..
pucat pasiku.. mendesis putus asa..
dimana .. nalarku...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H