Mohon tunggu...
Muhammad Arief Eka Putra
Muhammad Arief Eka Putra Mohon Tunggu... -

Seorang supir tangki air yang mengantar air ke rumah-rumah warga.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Cetak Undangan Lebih Banyak dengan Harga Terjangkau

25 Mei 2014   03:29 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:08 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa sih yang tak menjalankan ibadah dalam agamanya? Dalam agama saya menikah memang ibadah sehingga setiap saya menjalin hubungan dengan lawan jenis, saya selalu berusaha untuk serius dan tidak memacari banyak orang. Harapan saya setiap kali jatuh cinta dengan seorang perempuan adalah saya bisa menjadikannya istri saya, pasangan hidup saya hingga akhir hayat nanti. Namun percintaan kandas begitu saja banyak kali. Bukannya galau sih. Saya cuma berpikir, barangkali ini adalah akhir dari cerita cinta saya.

Waktu berlalu dan ternyata benar saja ya, jodoh datang tanpa diduga. Perempuan itu tiba-tiba Tuhan datangkan kehadapan saya dan menyapa hati saya yang kosong sekian lama. Padahal saya baru menguras tabungan yang sebenarnya saya rencanakan untuk digunakan sebagai dana pernikahan untuk membeli sepeda motor baru. Sebab tak pernah terpikir oleh saya ada seorang perempuan yang bisa membuat saya jatuh hati sejak pandangan pertama dan mau menikah dengan saya padahal dia baru bertemu saya tiga kali.

Dia menerima tentu saja saya tak bisa mundur lagi. Dia menjawab lamaran tersebut dengan kata 'boleh'. Bukan sebuah 'iya' atau 'tidak'. 'Boleh'? Bingung sih mengapa dia memutuskan untuk menerima lamaran saya. Apakah dia juga sebenarnya berniat untuk memenuhi niat ibadahnya dengan menikah juga? Tabungan saya tipis. Saya tidak yakin akan cukup untuk menyewa gedung, makanan, undangan, baju pernikahan, pelaminan, souvenir, hantaran, bayar KUA, dan masih banyak lagi.

Ketika saya ceritakan niat saya pada orang tua dan keluarga. Mereka merestui dan ingin segera melangsungkan pernikahan kami. Tanpa bertanya apakah kami memiliki dana yang cukup atau tidak. Hingga ada banyak hal yang harus kami siasati berdua. Satu di antaranya adalah dana buat undangan. Tak boleh lebih dari Rp500.000. Beruntungnya perempuan yang saya lamar ini punya seorang teman yang mau membuat desain undangan yang bisa dicetak sendiri. Masih berstatus calon istri, dia mencetak undangan tersebut menggunakan Canon MP258 miliknya yang ternyata sudah ia miliki sejak beberapa tahun lalu.

Alhamdulillah dana buat undangan bisa dirampingkan sampai Rp200.000-an. Bermodalkan kertas jasmine, tinta hitam dan warna, ribuan plastik undangan yang harganya sangat terjangkau, hampir 1.000 undangan berhasil kami cetak dengan printer Canon MP258 milik istri saya. Pernikahan yang direncanakan dalam waktu kurang dari dua bulan tersebut akhirnya berlangsung lancar. Undangan disebar ke semua orang yang kami harapkan kehadirannya.

Tak terbayangkan jika kami harus mencetak undangan di percetakan. Di Pontianak, satu undangan biasa dihargai Rp2.500-Rp3.000, itu sudah harga yang sangat murah dan desainnya juga tak terlalu banyak macem-macemnya. Jika kami mencetak 1.000 undangan dapat dibayangkan uang yang harus kami keluarkan paling tidak Rp2.500.000-Rp3.000.000 dan dengan Canon MP258 kami telah menghemat dana pernikahan kami lebih dari Rp2.000.000.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun