Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Cinta Sesat

17 September 2022   12:02 Diperbarui: 17 September 2022   12:09 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Makan bareng bagi orang lain mungkin biasa. Sebiasa ketika ada dua insan dimabuk asmara mengajak bertemu di suatu tempat. Sebiasa ketika orang marah dari a sampai z ketika mengetahui pasangannya selingkuh. Kemudian membencinya dari ujung rambut sampai ujung jempol kaki.

Stop. Jangan benci berlebihan. Cuma kalau sudah toxic, apa boleh buat. Berpisah lebih baik daripada dekat saling membenci.

Stop. Sebelum menjadi eksekutor (benci dan turunannya termasuk membuka fitnah baru, mencap, menyebarkan ke mana-mana), bertanya dulu pada diri. Sederhana. Jujur tanya ke dalam diri. Apakah diri ini pelaku atau bukan? Kalau bukan silahkan jadi eksekutor, kalau sama-sama pelaku lebih baik mundur.
===
KKP yang seorang wanita sempurna di mata suami dan empat orang anaknya mengirimkan sebuah video ke suaminya. Video seorang suami memeluk dan mencium istrinya. Suami dan istri dalam video ini seperti bola salju yang menggelinding menyapu media main stream dan membuat media sosial riuh tak henti dengan celoteh.

Cinta itu sebuah misteri. Semisteri kotak pandora. Cinta akan membeludak seperti Gelombang Bono di Teluk Meranti Riau. Tak ada yang bisa membendungnya hingga akhirnya tenang ke laut lepas.

Bahasa cinta tubuh atau kalau kepleset menjadi bahasa tubuh yang bercinta tidak ada yang bisa memahaminya. Bahasa tubuh itu hanya mereka yang tahu. Bahasa itu terbentuk ketika cinta tumbuh dan bertumbuh.

Bahasa tubuh itu reflek. Reflek karena sudah beranak pinak dan berakar. Mencengkeram hati dan alam bawah sadar. Ibarat hardisk, data ditulis dititik tertentu. Dihapus. Bisa dipulihkan kalau belum ditimpa data baru pada titik yang sama. Kadang sempurna kadang tak sempurna pemulihannya.

Reflek tubuh ada yang memegang tangan istrinya kalau ingin mengambil keputusan yang penting. Ada yang sambil menepuk bokong istrinya setelah sebelumnya matanya jelalatan ke langit-langit, mencari-cari kamera pengawas. Bila dirasa aman, reflek tangan itu menepuk bokong istrinya.

Seorang istri jika sedang menyelesaikan pekerjaan yang padat dan ditenggat serta ada sedikit kesulitan, ada yang menyandarkan tubuhnya ke dinding. Duduk di lantai. Suami yang tahu tanpa diperintah akan duduk didekat istrinya. Tidak ada kata yang meluncur. Sekitar 5 menit. Sang istri akan menyandarkan kepalanya ke pundak suami.

Kalimat yang meluncur dari istri selalu sama. "Apakah semua akan baik-baik saja?" Jawaban yang meluncur dari suami juga selalu sama. "Percayalah semua akan baik-baik saja?". Mencium di kening istri yang nonong seperti charging semangat bagi istri. Dua kalimat itu hanya suami istri itu yang tahu.

Ritual bahasa tubuh itu bertahun dilakukan. Biaya yang dikeluarkan untuk tiket pesawat seakan tak pernah dihitung. Ibarat Gelombang Bono, hanya itulah yang harus dilakukan untuk melepaskan beban ke laut lepas. Its priceless.

Dalam analisis cinta, para pemain cinta harus segera menyadari apa yang dibutuhkan untuk dirinya dan untuk pasangannya. Tolong, jangan sampai reflek itu muncul ketika cinta sudah retak. Cinta menjadi menyesatkan.

Sewaktu cinta sudah menjadi amarah, kebencian dan dendam maka masa depan cinta menjadi buram. Cinta yang indah, penuh kasih, maaf dan saling mendukung telah tenggelam. Cinta menjadi toxic. Perpisahan itu berat tetapi itulah pilihan obat untuk membuka masa depan.

Sometimes we miss the memories not the person.

Salam Kompal

kompal-632553936f5c5e50ca5cba82.jpg
kompal-632553936f5c5e50ca5cba82.jpg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun