Gado-gado kunikmati dengan penuh perasaan. Lambat selambat hatiku menikmati bumbu kacang sayuran dan juga kerupuk udang.
"Kenapa terkejut," kata seorang perempuan mengejutkanku. Suara khas itu sangat kukenal.
"Aku nggak bohong kan. Aku ngomong kalau kau tak datang dalam tiga jam, kau akan menyesal seumur hidup. Gado-gado akan sedikit kurang enak kalau lebih dari tiga jam, walau bumbunya sudah dipisah," katanya sambil melongok ke ruang kerjanya. Perempuan itu tersenyum.Â
Kepala si perempuan menghilang dari pandangan, kembali berkumpul dengan kader Posyandu dan perawat serta bidan. Ibu-ibu yang membawa Balitanya senang berkumpul di Puskesmas karena suasananya guyub. Bisa ngobrol apa saja mengenai kesehatan mulai dari penyakit kulit, KB, tumbuh kembang anak, cara membuat makanan tambahan bayi dan balita, mencret sampai Paud dan dokter cilik.
Gado-gado adalah makanan kesukaanku. Ada pilihan makan ayam, rendang, ikan bakar dan lain sebagainya kalau ada gado-gado maka gado-gado pilihan puncak kenikmatan.
Sederhana tetapi pada kasus kasus tertentu gado-gado adalah makanan "mahal". Apalagi kalau sudah untuk urusan rasa. Mahal untuk proses sampai ke sebuah meja di Pantai Timur Sumatra.
Cinta itu sederhana. Hal sederhana itu memang indah. Â Nikmatilah dengan lambat. Keindahan cinta terkadang tercipta, terlihat ketika melihat segala sesuatu dengan lambat. Boleh cepat, quick love tetapi boleh juga dong kadang menikmati proses bercinta.
Tulisan ini untuk perempuan yang dengan sabar menunggu 30 tahun untuk menerima cinta seorang lelaki. Cinta itu tak bersyarat. Ikutilah dan tepatilah janjimu. Tidak akan ada yang tahu janji yang keluar dari mulutmu kecuali mereka yang saling berjanji dan Sang Pemberi Hidup.
Salam Kompal
Tetap sehat. Tegakkan Prokes.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H