Sore itu ketika sedang menikmati aliran Sungai Lematang di pojok menghadap Bukit Tunjuk, seorang perempuan datang. Perempuan yang mungkin dulu ditiduri atau tidak. Si lelaki sudah lupa.
"Aku minta tanggungjawabmu. Aku sakit," kata si perempuan.
"Bentuk tanggungjawabnya apa, sakitnya apa." Si lelaki menjawab tak acuh.
"Pergilah ke rumah sakit. Periksalah penyakit kelamin. Periksalah HIV/AIDS. Atau pergilah ke laboratorium yang bagus. Jangan lupa konsultasikan ke dokter spesialis".
Si lelaki dingin tak beranjak. Selama seminggu terakhir aku akan disini menunggu hasil pemeriksaaan dan diagnosis dari dokter spesialis.
HIV/AIDS berproses bisa bertahun. HIV menjadi AIDS bisa lima tahun, 10 tahun bahkan 20 tahun. Setiap individu berbeda satu sama lain untuk mencapai stadium AIDS. Pukul rata 10 tahun sejak pertama kali tertular.
Lebih satu minggu duduk di bebatuan Sungai Lematang, si perempuan peminta tanggung jawab tidak muncul. Si lelaki memberi tenggat sendiri sampai 3 hari ke depan. Eh, si perempuan muncul dan langsung ngomong tanpa meminta maaf atas tuduhan beberapa hari lalu.
"Gejala menopause dan diminta untuk menjaga kesehatan dan kebersihan kelamin," kata si perempuan.
Si lelaki beranjak meninggalkan batu Sungai Lematang. Meninggalkan si perempuan tanpa berkata. Si lelaki masih memiliki mata tajam menghujam "rasa".Â
Pertobatannya adalah monogami pada perempuan bertato. Pertobatannya adalah kaul. Titik.
***
Cerpen ini adalah fiktif belaka. Hanya untuk mengingatkan kalau perilaku gonta ganti perempuan/lelaki untuk bisa menikmati orgasme bisa membahayakan diri sendiri dan orang lain. Penularan HIV seiring dengan teriakan kenikmatan sekaligus penanaman panen AIDS bertahun kemudian. Jangan pernah menuduh orang menjadi penyebar. Bertanggungjawablah dengan perilaku mengejar kenikmatan yang tak akan ada batas imajinasinya.