Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Rasa Itu

4 September 2021   14:08 Diperbarui: 4 September 2021   14:11 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rasa Satu
Berbicara soal rasa, itu sangat personal sekali. Bahkan tubuh memiliki otonomi sendiri-sendiri untuk rasa. Orang lain tidak bisa mengenali rasa yang sangat personal. Rasa hanya bisa dirasakan oleh tubuh yang merasakan.

Rasa nasi bungkus dengan dua lauk misalnya. Orang lain akan menganggapnya sebagai biasa saja. Walau harganya berbeda tipis tipis dengan dua nasi bungkus dengan lauk.

Bagi pelaku, nasi bungkus dua lauk akan mengingatkan, akan meload memori yang tersimpan di otak. Perkebunan karet. Terbanting di jalanan berlumpur atau terguncang-guncang di speedboat adalah dua pilihan perjalanan di Pantai Timur Sumatra tahun 1990-an.

Dua lauk satu porsi nasi adalah proses berbagi dalam dua rasa. Satu rendang, satu ayam panggang. Satu suka sambal ijo, satu kurang suka. Bagaimana membagi dalam campuran satu bungkus itu adalah permainan suap dan atur serta bagi. Konsepsi tahu diri dan sadar diri untuk memperhatikan orang lain yang sedang makan bersama adalah kunci.

Rasa itu personal, mari dikeluarkan lebih dalam. Ada orang suka makan pempek panggang setengah matang, misalnya. Apa nggak bikin pusing tuh pesanan. Entah apa rasanya. 

Bertahun-tahun hidup bersama dan setiap kembali ke home town belum pernah mencicipinya. Itu adalah ngidam anak sulung in heaven yang terus terjadi kalau balik ke home town.

Itu adalah kangen. Itu adalah obat rindu. Tidak bisa dijelaskan dan tidak perlu dijelaskan. Semua biarkan berjalan dengan sendirinya. Itu adalah sesuatu yang berjalan dengan sendirinya. Sesuatu yang tersimpan di bawah alam sadar. Sesuatu yang indah asal kau bahagia.

Makan pempek panggang Cecep di Bangau Palembang. Cecep pun dibuat terdiam sejenak untuk membakar pempek menjadi setengah matang. Membakarnya pakai arang ya. Begitupun dengan makan model gandum dengan kuah mie celor plus kecambah adalah di luar pakem. Cuma itu terjadi dan kejaden. Rasanya juga mak nyus.

Rasa Dua
Rasa itu tempat dan suasana. Peliharalah rasa itu. Jangan lupa untuk bersyukur.

Bersyukur karena saat Pandemi Covid 19 ini banyak yang tidak bisa merasakan. Merasakan rasa di lidah. Merasakan rasa di hidung. Dua rasa itu maha penting. Makan pun menjadi hambar. Bahkan bau kentut sendiri pun tak terbaui. Sungguh sedih.

Tubuh seakan seakan sudah mati rasa. Begitu banyak bombardir di media sosial dari  orang-orang yang melebihi dokter yang merawat langsung, dokter patologi klinik yang berjibaku mengeluarkan hasil dengan cepat sesuai dengan standar operasional alat dan prosedur pengambilan sample.

Belum lagi ahli gizi yang memutar otak agar makanannya yang dimakan pasien juga mempercepat meningkatkan daya tahan tubuh. Belum lagi dokter spesialis rontgen yang harus super ketat dan teliti menghasilkan gambar thorax. Perawat yang harus bergerak dari satu ruangan ke ruangan lain.

Kalau ada pertanyaan, bagaimana rasanya memakai setelan APD? Panas. Menahan haus, lapar dan kencing. Boleh tersenyum ataupun tertawa tetapi silahkan bertanya pada mereka yang bertugas di lapangan menggunakan APD. Kalau ada pertanyaan lagi kenapa harus menahan haus, lapar dan kencing? Suruh gantian saja untuk merawat pasien positif Covid 19.

Tidak bisa merasakan rasa itu awal menuju kematian. Boleh percaya, boleh juga tidak. Bagi yang mendapat perawatan yang tepat dan cepat biasanya akan cepat pulih dan lolos dari kematian. Bagi yang tidak mendapat perawatan yang tepat dan cepat, ada banyak cerita duka di media sosial dan portal berita.

Rasa Tiga
Diberi kesempatan untuk menikmati rasa itu adalah anugerah. Itu adalah obat rindu. Bisa beli di mana saja. Bahkan bisa beli di samping kiri Fly Over Senen ke arah Jalan Kramat Raya dan makan di kerindangan bangku taman depan Cipto. Tetapi rasa itu tak bisa menggantikan rasa Pantai Timur Sumatra.

Jikalau suatu malam ketika bintang gemintang di samping mobil murahan, duduk dan ngobrol soal rasa itu maka yang ada adalah senyum, tawa dan bahagia. Cerita terbanting di lumpur, cerita terguncang di speedboat merupakan romansa.

Cerita itu mengalahkan anak yang mungkin sedang mengintip dari surga. Cerita itu mungkin menutup biaya mahal membesarkan tiga anak dengan karakter yang sungguh berbeda-beda satu sama lain walau keluar dari rahim yang sama.

Semua itu rasa. Ketika waktu terasa cepat sebenarnya bukan waktunya yang cepat tapi kita merasa waktu cepat karena kita memiliki kebutuhan dan keinginan yang banyak untuk diselesaikan. Akhirnya waktu terasa lebih cepat berlalu.

Keluarlah dari rasa rutinitas. Nikmatilah, berbagilah waktu untuk keluar dari lingkaran waktu. Berlarilah. Jemputlah rasa itu walau mungkin hanya satu jam. 

Bagi pasangan ya harus bisa ikut merasakan. Bagi pasangan yang bekerja dengan waktu pasti akan merasa cepat sebaliknya bagi pasangan yang pekerjaannya adalah menunggu waktu akan merasa waktu begitu lama.

Salam Rasa itu

Salam Kompal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun