Mencari celah untuk mencari keuntungan sudah sifat dasar manusia. Ngakunya untuk bertahan hidup padahal rakus sambil membawa kerusakan.
Perasaan perih, miris, hati teriris dan moral tipis bahkan mati adalah pemalsuan surat keterangan negatif Covid 19. Surat keterangan palsu ini, bisa berakibat fatal bagi si pembeli itu sendiri, juga bagi keluarganya serta orang lain yang berhubungan dengan si pembeli surat palsu. Jumlah surat yang dikeluarkan oleh pemalsu lebih dari 1.200 lembar. Perlembar dijual Rp 50 ribu sampai Rp 200 ribu (tautan).
Bohong kalau para penjual dan pembeli  surat keterangan Covid 19 palsu tidak tahu efek dari perbuatannya. Mereka tahu dan mereka sadar. Mereka hanya egois dan moralnya sudah mati. Bahasa kasarnya adalah mati itu urusan pribadi. Orang lain yang ikut serta dalam proses penderitaan kematian dan ikut mati persetan. Itu urusan mereka.
Biasanya orang yang sudah memanfaatkan surat keterangan negatif Covid 19 palsu akan merasa negatif beneran karena mereka sudah terlindungi dengan keterangan palsu. Keras kepala kengeyelan akan muncul dengan sendirinya.
Satu orang positif Covid 19 bergentayangan di keramaian yang tidak menerapkan protokol kesehatan maka sebarannya akan sangat masif. Sudah sulit untuk menelusurinya. Sederhananya tinggal menunggu saja angka sebaran.
Mereka yang tidak tahu menahu inilah yang menjadi korban. Lansia di luar maupun di dalam rumah. Orang yang sudah memiliki penyakit bawaan, mulai dari jantung, paru-paru, ginjal dan diabetes adalah orang-orang yang rentan ditambah kalau memang sistem imun tubuhnya sedang turun. Cepat ambyaaarrr.
Moral mati. Satu surat negatif covid 19 laku. Lalu laku lagi. Lagi dan lagi serta lagi. Pelaku rakus. Mereka memahami celah keamanan dan mereka manfaatkan dengan sangat baik.
Sistem Keamanan
Di dalam dunia yang serba cepat pergerakannya ini, mengevaluasi sistem yang dijalankan tentu harus rutin dilakukan. Para pengeruk keuntungan yang sudah mati moral dengan cara sederhana yang tak terpikirkan oleh pembuat sistem pasti akan masuk dari celah tersebut.
Ibarat Microsoft yang terus menambal celah-celah keamanan yang bocor melalui security update  ataupun windows malicious software removal. Mereka tidak mau celah itu diketahui oleh orang lain/perusahaan lain yang mengambil keuntungan dari celah tersebut.
Mahal memang karena mereka akan terus bekerja, bekerja dan bekerja. Menambal dan menambal agar kebocoran tidak besar. Sebuah pertarungan yang tak akan pernah berhenti antara pencari celah dan pembuat program/sistem.