Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Antara "b dan d"

8 Desember 2020   20:38 Diperbarui: 8 Desember 2020   20:42 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Membaca I Foto: OtnasusidE

Enak jomblo atau punya gebetan. Jawabannya tergantung. Tergantung diri ini mau ke mana ke depannya. Kalau ingin menikmati hidup tanpa mau diganggu urusan bengek dan rengek enak sendirian. Jomblo bebas bos! Itu kalau tidak diganggu dengan pertanyaan "kapan kawin?"

Bintang-bintang menghias gelap malam. Kalau cuaca cerah maka milky way akan menghias langit. Sebuah tempat pengabdian pertama menjalani hidup jauh dari kebisingan kota dan kejaran waktu. Tidak akan ada yang tahu masa depan kecuali dirajut bersama. Tidak akan ada yang tahu perjuangan seseorang akan tergapai atau jatuh terpuruk atau bangkit lagi, bangkit lagi, bangkit lagi untuk menjadi pemenang dalam kehidupan.

Anak adalah titipan Tuhan. Lah, kalau ada yang sampai membunuh anak baik secara fisik maupun "perencanaan" maka selesailah sudah kehidupan berkeluarga.

Membunuh dengan perencanaan adalah ketika salah satu dari pasangan (suami/istri) berkata kepada selingkuhannya kalau dirinya menyesal menikah dengan istri/suaminya yang sekarang. Menyesalnya sekarang ketika sudah menemukan tambatan hati yang baru. Menyesal brojol dua atau tiga anak atau bahkan lebih. Menyesal, dulu selalu minta dipenuhi kebutuhan biologisnya. Sungguh terlalu.

Somplak itu suami/istri kalau ngomong begitu dengan pasangan selingkuhannya. Begitupun kalau berjanji dengan pasangan selingkuhannya, tepatilah karena sudah ada pahatan rencana jiwa di dalam diri orang yang berjanji dan orang yang menerima janji.

Lalu bagaimana dengan anak-anak yang sudah brojol itu? Bukan cintakah? Ataukah hanya peternakan untuk melepas birahi?

Lalu apa hubungan b dan d, serta anak dan selingkuh? Emang perhitungan statistik. Jawabnya, "tidak ada". Ini hanya tulisan brutal tak tentu arah. Tulisan suka-suka. Mau lanjut silahkan! Tidak mau, tinggal leave page saja!

Bagi kaum lelaki yang sudah kawin dan dititipi anak, ikutilah perkembangan anak! Jangan pernah melewatkannya sedikitpun. Kalaupun harus kerja banting setir dan banting tulang, keluar keringat dan kulit menghitam, luangkanlah sebentar saja untuk anak.

Sebentar saja. Walau hanya menghantarnya ke sekolah. Walau harus berlari lintang pukang mencarikan pensil ketika anak sampai sekolah lupa bawa pensil. Walau harus balik lagi ke rumah untuk membawakan buku PR yang ketinggalan. Walau harus deg degan kalau anak minta jajan di sekolah usai pulang sekolah.

Lakukanlah dengan cinta. Seandainya harus marah, marahlah dengan terukur. Marahlah agar suatu waktu ketika dia besar, tahu, manfaat kemarahan bapaknya. Kalaupun tumbuh kebencian dan kemarahan apalagi sampai dendam, sang anak pada bapaknya, diterima saja. Itulah resiko sang bapak.

Woiii masuk sekolah sekarang ini orangtua harus kerja keras. Kerja keras cari duit dan kerja keras untuk ikut belajar. Apakah menyesal melahirkan anak? Tidak. Tidak akan pernah menyesal. Laki kan tidak melahirkan. Perempuan yang melahirkan. Mari tertawa bersama. Laki itu turut membesarkan lah. Walau sebesarnya hanya menyumbang "setitik". Membesarkan anak woiii. Bukan membesarkan semongko. Tarik sis.

Mengajari anak membaca itu artinya ikut mengikuti perkembangan anak. Kalau mau jujur tidak akan ada anak sempurna. Tidak ada juga orangtua yang sempurna. Adanya adalah orangtua yang mau belajar dan mempelajari anaknya serta mengajari anaknya ilmu pengetahuan (semaksimalnya) dan kehidupan.

Sekali lagi setiap anak unik adanya termasuk kamu, kamu dan kamu serta kita semua. Unik bahkan dua orang anak kembar juga unik.

Baca tulis dan hitung merupakan salah satu pembuka jendela dunia. Itu pengetahuan dasar yang mesti dikuasai oleh anak-anak 3-5 tahun. Ada anak yang cepat menangkap tetapi ada juga yang lambat.

Paling mudah adalah mengenalkan benda yang ada di tubuh mulai dari muka dan jari serta barang yang ada di rumah. Atau bisa juga mengenalkan sesuatu terdiri dari dua kata dan kemudian satu kata dengan tiga huruf dan lima huruf. Terakhir bisa mengenalkan kata yang berdekatan dengan "ng" dan huruf mati.

Maklumin yang nulis bukan guru ataupun psikolog apalagi psikiater. Penulis hanya orang yang suka nulis dari pengalaman sehari-hari.

Ketika mengenalkan kata itulah akan diketahui anak yang disayang-disayang itu apakah lancar jaya seperti jalan tol. Tersendat sedikit tak masalah karena pasti akan ada pintu tol tak mungkin "los wae to". Ngerem sedikit ada jalan rusak, tak mungkin gas terus apalagi gas pol terus.

Kalau untuk Sulung sempat bikin diri ini cemas. Selama dua minggu ketika umurnya tiga tahun lebih dia susah mengidentifikasi huruf b dan d. Padahal maksud diri ingin membuat kejutan pada ibunya yang lagi bertarung di tempat kuliah dan juga sedang capek jaga malam.

Disleksia. Diskusi menarik jelang tengah malam terjadi ketika dua orang beda jenis kelamin duduk di kursi makan. Duduk perkara di gelar di meja makan dengan semangkok mie kuah dan keripik tempe menghias meja makan.

Huruf b dan d itu ada lingkaran dan satu batang. Itu bagi anak kecil tertentu membuat bingung dan menekan secara psikologis untuk mengatakannya. Walaupun belajarnya sih cuma tujuh menit. Diselingi ketawa-ketiwi, makan minum sebentar, lanjut lagi tujuh menit dan seterusnya. Biasanya menjadi serius bisa sampai 20 menit. Belajar seluruhnya maksimal 60 menit. Pagi, siang dan sore masing-masing 60 menit.

Ibunya kadang nyebelin tetapi terkadang keluar terobosan yang bikin geleng kepala. "Coba berdiri. Perutmu munjung. Pantatmu lumayan seksi. Coba jelaskan huruf b dan d dengan perut dan pantat. Dia harus ingat dan membayangkan kalau b itu adalah pantat sedangkan d itu perut," katanya sambil senyum-senyum melihat tubuh ini.

Ah, sudahlah memang dua orang berlainan jenis apalagi di tempat sepi maka yang ketiga adalah setan. Apalagi kalau sudah senyum-senyum. Sudahlah, selesaikan! Besok baru akan ketemu dua puluh empat jam lagi karena kuliah lanjut jaga malam.

Mengingatkan huruf b sebagai pantat dan huruf d sebagai perut tidak semudah mengatakan tetapi butuh improvisasi. Lihatlah binar matanya ketika dia sukses membedakannya dalam kata. Ada cinta dan tawa di sana. Kalau gagal tinggal coba lagi. Sukses peluklah dia atau beri hadiah kecil.

Sekarang dia bisa dan biasa merudung bapaknya soal hitungan. Bahkan di kasir pusat perbelanjaan Sulung akan adu cepat dengan Tengah untuk balapan menghitung belanjaan karena pemenangnya boleh memesan makan kesukaannya kalau dilanjutkan makan bareng di luar.

Suatu hari pasti anak minta perhatian atau berbuat yang tidak kita inginkan tetapi mereka inginkan. Marah boleh. Sebelum bablas ingatlah, hal yang lucu sehingga tensi marah menjadi turun. Sulung suatu waktu pernah diajak oleh ibunya ke ATM. Iseng di tengah antrian, ibunya meminta Sulung mengeja bank ATM. Sulung lancar mengeja Mandiri. Kata yang keluar ternyata bukan Mandiri tetapi ATM. Mak jleb. Aku yang mendengar dari kejauhan tertawa kecil. Orang lain pun senyum-senyum.

Salam cinta untuk seluruh anak dan guru serta orangtua yang sedang galau berjuang agar anaknya bisa belajar mandiri dengan baik di masa Pandemi Covid 19. Selalu ada jalan dan pupuklah sabar tak bertepi untuk anakmu.

Salam Kompal

kompal-5fcf823c8ede48776d38c312.jpg
kompal-5fcf823c8ede48776d38c312.jpg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun