Jadi ingat dulu, ketika sebuah kabupaten tidak memiliki stadion dan Pemda tidak ada uang. Sang bupati meminta agar masyarakat menyumbang bata, pasir semen ataupun menyumbang tenaga. Dan gotong royonglah seluruh unsur masyarakat, jadilah stadion. Sampai sekarang masih ada tapaknya dan walau sudah berganti ganti bupati, stadion itu tidak mengalami perubahan yang signifikan.
Jadi ingat dulu seorang dokter muda cantik yang ditugaskan didaerah tertinggal. Mau mengadakan sunatan masal karena banyak anak-anak yang belum disunat. Tidak ada duit. Rembukan dengan camat, kades dan tokoh masyarakat untuk urunan membeli obat-obatan dan peralatan serta hadiah sarung. Meminta tolong pada dokter lain, bidan dan perawat dari daerah lain. Jadilah sunatan masal itu, bupati pun datang ke kecamatan.
Negeri ini punya modal sosial yang besar. Nilai-nilai lokal jumputan beras, tolong menolong ketika hajatan, dan lumbung desa. Setiap daerah namanya berbeda tetapi esensinya adalah membantu, menolong orang-orang yang kesusahan.
Covid 19 membuka mata betapa negeri ini memiliki semangat tolong menolong yang tak pernah pudar walau diri sendiri, UMKM sendiri, perusahaan sendiri sedang susah. Masyarakat swadaya membuat tempat cuci tangan, memortal jalan masuk sebagai bentuk social distancing dan bergotong royong membantu bahan pokok mereka yang terkena dampak Pandemi Covid 19.
Memberi itu dikala orang lain susah dan diri sendiri tergoda untuk tidak memberi. Memberi dikala sama-sama susah, itulah ujian sesungguhnya. Setan memang sungguh indah. Setan itu ternyata diri sendiri yang rakus dan tidak berbuat apa-apa ketika melihat orang lain susah.
Ketika akan meninggalkan Bukit Barisan Sumatra, ada WA masuk, “kak, aku dak lagi dikutuk ijazah kan.” Kubalas, “kau bakal dikutuk kalau kau cuma senang dengan privilage kekuasaan. Duduk di depan kalau ada acara. Makan duluan kalau ada hajatan di desa. Mobilmu terjebak lumpur dan masyarakat rela mendorong dan mengangkatnya.”
#Mari Bersama-sama Melawan Covid 19
Salam Kompal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H