Perempuan yang telah mendampingiku dalam suka dan duka itu tersenyum. Dia mengeluarkan bungkusan kado dari tas pelatih kereta kuda. Hua ha ha ha. Aku terharu. Ternyata anak-anak juga memberikan kado coklat yang sama seperti yang diberikan pada emaknya.
Wajarlah kalau emaknya pernah mencuit, "kalau bapaknya sok, nggak apa-apa. Aku sudah punya pengganti dua dan ganteng-ganteng plus satu cantik". Jleb, jleb, jleb. Aku ambyar deh.
Akupun cemburu pada anak-anakku. Mereka sudah punya perhatian pada orangtuanya. Mereka berlaku adil pada emak dan bapaknya. Padahal bapaknya jarang pulang.
Hari ini aku bersyukur. Anak-anak nakal itu ternyata punya perhatian pada orangtuanya. Emaknya telah mendidiknya dengan baik.
Pulang dari Tenabang anak belum pulang. Sekitar pukul 14.30 anak-anak pulang hampir berbarengan. Akupun memeluk dan menciumi mereka dan mengucapkan terimakasih atas perhatian pada emak dan bapaknya.
I love u all.
Malam itu kami makan di kawasan Cikini. Sebelum makan kami berdoa dan bersyukur, kami bisa berkumpul dan sehat. Sulung memimpin doa dengan khusuk. Aku meneteskan air mata dalam hati, bahagia.
Salam Kompal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H