Apa yang ada di benak seseorang ketika harus menunggu selama 13 Tahun 5 bulan? Begitu lama tungguan itu. Itukah cinta atau itukah pengabdian? Cinta dan pengabdian itu beda-beda tipis. Cinta dulu baru pengabdian atau pengabdian dulu baru cinta itu juga sulit untuk menjawabnya. Apalagi kalau hal itu dikaitkan dengan profesi guru.
Vivi Wulandari misalnya seorang guru di SDN Bumi Mulya Kecamatan Tungkal Jaya Kabupaten Musi Banyuasin (Muba). Mengajar, mengabdi selama 13 tahun 5 bulan di sekolahnya. Pernah terbersit untuk menyerah mengajar tetapi tidak pernah dilakukan.
Mengapa karena ada cinta pada anak muridnya. Ada cinta pada desanya. Ada cinta pada sekolahnya. Ada cinta pada negerinya.
Untuk mengurus surat-surat dulu itu butuh waktu tiga jam lebih agar sampai ke Sekayu. Itu baru urusan untuk sampai ke ibu kota kabupaten dari desa tempat tinggal, tempat mengabdi. Untungnya Dikbud Sekayu sudah memangkas birokrasi dengan membuka pelayanan, dengan jalur loket-loket sehingga alur pelayanan dapat cepat diselesaikan.
Ketika ada formasi guru 2018 lalu, Vivi Wulandari bersama ribuan guru lainnya pun bertarung untuk memperebutkan tiket kelulusan. Sungguh itu juga perjuangan yang berat karena kembali harus mengurus berkas dan belajar serta ikut ujian di Sekayu.
Namanya usaha. Namanya kerja keras. Pantang putus asa. Vivi pun dinyatakan lulus bersama 82 guru lainnya di Kabupaten Muba.
Hari yang ditunggu, awal Februari 2020 lalu, Vivi bersama 82 guru lainnya diambil sumpahnya sebagai CPNS Muba oleh Bupati Muba Dodi Reza Alex. Selain itu ada juga tenaga kesehatan dan juga pegawai Dinas Perhubungan juga ikut pelantikan.
Menjadi guru itu mengabdi. Memberikan seluruh kemampuan, ilmu dan juga semangat kepada murid agar dapat mengerti dan juga memahami dan satu waktu mempraktekkan ilmu yang diajarkan. Murid harus lebih pandai dari gurunya.
Kalau dalam dunia persilatan, guru harus menyimpan satu jurus untuk menghadapi muridnya yang nakal, itu tidak berlaku dalam dunia pendidikan. Justru guru harus membuat muridnya lebih dari gurunya. Itu filosofi guru yang sebenarnya kalau ingin melihat murid alias anak didiknya mampu dan menang bertarung dalam kehidupan yang semakin kompetitif.
![Bupati Muba Dodi Reza Alex, groufie usai melantik CPNS guru, tenaga kesehatan dan dinas perhubungan di Sekayu I Foto: OtnasusidE](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/02/11/kompasiana-lantik-1-5e421e2bd541df1af33872b2.jpg?t=o&v=770)
CPNS di Muba lagi gembira dan bahagia. Senyum sumringah. Tungguan mereka membuahkan hasil. Mereka yang seperti dikatakan Bupati Muba, patut mensyukuri nikmat menjadi PNS.Â
Mereka telah berkompetisi menyisihkan ribuan orang yang ingin jadi PNS. Mensyukuri dengan jalan mengabdi dan bekerja di tempat kerjanya sesuai dengan beban kerja yang ditugaskan. Bekerja dengan sepenuh hati untuk kemajuan Muba.
Perempuan itu berjalan meninggalkan pendopoan Bupati Muba. Perempuan itu bersama temannya tersenyum. Bahagia, gembira campur aduk karena menjadi PNS di SD Bumi Mulya. Sebuah nama sekolah yang baik dan juga cakep kalau menurut orang gaul sekarang ini.
Perempuan itu tersenyum karena pengabdiannya selama 13 tahun 5 bulan juga dihitung sebagai masa kerjanya. Lagi-lagi harus bersyukur karena hal itu akan berkaitan langsung dengan gaji.
Sambil membawa SK CPNS, perempuan itu menyatakan akan mengabdi di desanya. "Terima kasih. Aku sudah bawa suratnya. Aku akan melapor ke Dikbud untuk proses lanjut. Aku akan tetap mengabdi di SD Bumi Mulya," kata Vivi.
Salam dari dusun.
Salam Kompal
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI