Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Dengarkanlah Suara Tubuhmu

7 Februari 2020   06:06 Diperbarui: 7 Februari 2020   06:08 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peserta seminar kanker payudara dan kanker leher rahim di Palembang mengajukan pertanyaan pada dokter spesialis bedah I Foto: OtnasusidE

Tubuh itu memberikan tanda. Bila tubuh kekurangan cairan maka tubuh akan merasakan haus dan  tanda lainnya ketika buang air kecil maka urine akan berwarna kuning kecoklatan.

Tubuh itu punya mekanisme pertahanan. Tubuh itu memberi sinyal. Bila di bagian tubuh ada yang sakit maka tubuh akan melawan. Itu otomatis. Itu rasa sakit. Rasa sakit itu bisa dirasakan. Itulah suara tubuh.

Nah, kalau tubuh sudah tidak buang air besar selama tiga hari maka tubuh akan tidak nyaman. Mestinya diri mengambil keputusan untuk dilakukan pemeriksaan ada apa dengan tubuh ini.

Pergi ke dokter lebih tepat. Lebih tepat lagi kalau dilakukan pemeriksaan laboratorium patologi klinik setelah itu barulah konsultasi pada dokter spesialis.

Mengetahui lebih cepat, penyakit yang ada di dalam tubuh itu lebih baik sehingga penanganannya akan lebih cepat dan tidak kompleks. Kalau penyakit diketahui sudah parah ya kompleks dan butuh waktu lama dan kesabaran yang tinggi. Biaya juga menjadi lebih tinggi lagi.

Dengan pemeriksaan laboratorium, dugaan kanker akan jelas, positif atau negatif. Jika negatif bersyukur tetapi bila positif maka diri harus tenang dan tidak perlu panik. Ikuti prosedur penanganan kanker yang disarankan oleh dokter spesialis.

Perlu diingat, boleh juga mencari second opinion tetapi perlu juga diingat dan digarisbawahi plus bold kalau pencarian second opinion petanda tumor dengan metode yang berbeda tidak dapat saling dibandingkan. Acuan, alat dan bahan penandanya berbeda. Jadi perlu bijak untuk menyikapinya.

Untuk melihat ganas atau tidaknya tumor boleh juga untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium patologi anatomi. Kanker adalah pembunuh senyap. Perlahan tetapi pasti gen yang tadinya nonaktif menjadi teraktivasi, terjadi overekspresi. Sel-sel menduplikasi dirinya dan tumbuh tidak terkontrol.

Semua orang bisa terjangkit kanker. Hanya saja bagi mereka yang waspada dapat cepat terobati dengan deteksi dini. Lihat riwayat keluarga besar, kalau ada yang terkena kanker, bisa jadi, ada kemungkinan selnya teraktivasi pada waktu tertentu. Dengan teknologi dan juga skill para dokter spesialis dan perkembangan laboratorium klinik dan anatomi serta obat-obatan, kanker dapat diatasi.

Selama ini orang abai mendengarkan suara tubuh. Akhirnya ketika tubuh sudah babak belur, kanker sudah menjalar ke mana-mana baru mau berobat. Itu sudah mahal dan kemungkinan untuk sembuh ada walau butuh perjuangan dan kedisiplinan penyintas serta butuh biaya yang besar.

Lalu manakah yang lebih banyak menderita kanker. Jenis kelamin perempuan ataukah jenis kelamin laki-laki? Masing-masing ternyata memiliki kekhasan jenis kelamin.

Berdasarkan data Globocan (2018) 1 dari 5 laki-laki dan 1 dari 6 perempuan di dunia mengalami kejadian kanker, serta 1 dari 8 laki-laki dan 1 dari 11 perempuan meninggal karena kanker (Sumber). Data itu menunjukkan kalau laki-laki lebih rentan terkena kanker dibandingkan perempuan. Demikian pula dengan daya tahan tubuh, ternyata tubuh perempuan lebih kuat daripada lelaki dalam menghadapi kanker.

Angka kejadian tertinggi di Indonesia, laki -- laki lebih banyak mengidap kanker paru, 19,4 per 100.000 penduduk dan kanker hati, 12,4 per 100.000 penduduk. Angka kejadian untuk perempuan yang tertinggi adalah kanker payudara sebesar 42,1 per 100.000 penduduk, diikuti kanker leher rahim sebesar 23,4 per 100.000 penduduk (Sumber).

Kanker payudara dan kanker leher rahim menjadi momok yang menakutkan bagi perempuan. Perempuan yang pernah mengalami terapi hormon untuk mendapatkan anak akan lebih berisiko untuk terkena kanker dibandingkan mereka yang tidak. Demikian pula kalau ada keluarga dekat dari perempuan yang pernah mengalami riwayat kanker payudara maka tingkat kewaspadaan dan deteksi dini harus dilakukan pada keluarga yang lain. Hal yang sama juga untuk kanker leher rahim.

Deteksi dini itu dilakukan dengan menggunakan metode Pemeriksaan Payudara Klinis (Sadanis) untuk payudara dan Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) untuk leher rahim. Jadi untuk perempuan yang sudah berumur di atas 40 tahun pemeriksaan harus dilakukan apalagi kalau ada keluarga dekat yang ada riwayat kanker. Sekali lagi mencegah sejak dini akan lebih baik dibandingkan mengobati kanker yang sudah parah alias stadium IV.

Bagi bapak ibu saudara-saudari yang memiliki fasilitas MCU (medical check up) setiap tahun dari perusahaan. Manfaatkanlah fasilitas tersebut. Pemeriksaan itu dapat menjadi indikator atau langkah awal untuk melihat kemungkinan adanya kanker, paru, hati, payudara dan rahim serta penyakit lainnya.

Kembali ke awal tulisan ini, mari dengarkan tubuh kita. Pola buang air besar dan air kecil. Kalau perempuan pola haidnya. Perhatikan berat badan yang turun mendadak tanpa ada upaya diet. Nyeri terus menerus pada satu tempat dan makin intens. Nah itu, tanda-tanda tubuh yang membutuhkan perhatian alias konsultasi dengan dokter dan pemeriksaan laboratorium.

Sekali lagi kalau usia tubuh sudah 40 tahun ke atas harus makin memperhatikan suara tubuh.  Life begin at forty.  Benar. Benar untuk aktif mendengarkan suara tubuh.

Coba kalau selama ini asik mencari diskonan belanja  online, coba juga asik mencari diskonan pemeriksaan kesehatan. Sakit itu mahal. Apalagi gaya hidup sekarang, cenderung kurang sehat. Jadi mulai sekarang uber diskonan pemeriksaan kesehatan. Tentunya harus di institusi lembaga kesehatan yang kredibel.

Selamat berburu. Semoga dengan Hari Kanker Sedunia (4 Februari) kita makin mendengarkan suara tubuh.

Salam Kompal

Dok. Kompal
Dok. Kompal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun