Ah, percayalah teman. Siapapun yang duduk di Kompleks Gunung Gare baik eksekutif maupun legislatif pada masanya akan mendarat karena avtur habis.Â
Kalau ada yang nyeletuk bisa diisi di udara, sepertinya pengisian bahan bakar pesawat di udara baru bisa untuk pesawat tempur, belum bisa untuk pesawat penerbangan sipil. Atau aku nggak update ya.
Sebagai kota yang tidak memiliki SDA fosil memang Pagaralam harus berjibaku lebih keras agar ekonominya dapat berjalan. Hanya mengandalkan biji kopi sebagai penggerak ekonomi. Mohon maaf tidak bisa. Kopi itu buah tahunan yang fluktuatif baik produksi bijinya maupun harganya.
Mo buat industri kreatif kopi boleh. Sudah banyak yang memulai, persoalannya siapa yang mo datang. Orang yang mo datang sebagian dah pada takut.
Keindahan alam, air terjun dan juga perbukitan khas Bukit Barisan Sumatra itulah yang dijual. Tentunya dengan kreatifitas maka pasti akan menarik. Ini kerja keras dan kerja besar. Tidak bisa hanya kerja satu atau dua orang pemilik modal.
Semua pemangku kepentingan harus duduk bersama-sama. Duduk sambil minum kopi dan pisang goreng. Ngobrol bareng. Mencari potensi. Mencari mekanisme dan solusi. Buatlah prioritas. Ambillah keputusan. Jangan sampai keputusan tidak diambil alias nondecision making (Bachrach and Baratz 1970). Itu sama juga bohong.
Kalau sudah dilaksanakan, terus bisa juga dievaluasi nggak apa-apa kok. Perbaiki agar bagus hasilnya. Bro. Bro. Bro sadar bro, kamu bukan sedang buat paper kebijakan publik atau sedang kuliah. Ini sedang membicarakan bagaimana memantik lagi ekonomi pariwisata Pagaralam bangkit lagi.
Eh, hutan di Bukit Barisan Sumatra itu dijaga bro. Itulah keindahan yang harus dijaga. Kalau cuma untuk kepentingan ekonomi sesaat, mau kalau kemarau kekeringan, kalau hujan diterjang bandang tiap tahun. Ditimbun longsor. Mau.
Si Rimau itu menggeliat sebenarnya mengingatkan. Mengingatkan pada semua orang yang hidup dan mencari hidup di Bukit Barisan Sumatra. Jangan berlebihan merambah hutan. Mari hidup berdampingan dengan alam.
Ahhhh. Ujung tahun 2019 ini terasa berat bagi pelaku usaha wisata di Pagaralam. Catat ini bukan berat ujung tapi memang berat. Dilan mana ya?
Tahun 2020 merupakan tahun berangka cantik. Semoga menjadi tahun menggeliatnya kembali ekonomi pariwisata Pagaralam.