Mantan pacar mengirimkan foto-foto anak di sebuah panti asuhan di Cancar NTT. Mereka memegang kue kering Natal. Kue dikirim dua minggu sebelum Natal.
Foto itu bikin tubuh ini melayang. Pasalnya mereka adalah anak-anak cacat ganda.
Perasaan campur aduk ketika melihat mereka memegang kue itu dengan kemampuan dan keterbatasan mereka. Sungguh hati menjerit tangan bergetar. Dan entah kenapa setelah dua hari baru bisa menggerakkan jemari untuk menuliskannya.
Hati makin lebur ke langit ketika dijelaskan ada foto anak yang tangannya terpaksa diikat agar tidak memukuli dirinya sendiri. Borderline Personality Disorder. Sungguh diri ini ambyaaar.
Mantan memang dari kuliah sering menyisihkan uangnya untuk panti. Panti mana saja yang pernah dikunjungi ataupun atas rekomendasi teman. Setelah bekerja mantap, setiap bulan menyisihkan uang untuk panti. Bahkan ketika mendapatkan cobaan dalam hidup, alias uangnya pas-pasan, mantan masih juga menyisihkan uang "kesenangannya"untuk disumbangkan.
Dulu sekali ketika masih muda, pernah bekerja menjadi relawan. Mengunjungi puluhan tempat di berbagai daerah. Satu waktu kami menempuh perjalanan darat berjam-jam hingga tiga kali ganti mobil.
Serius ini. Sambutannya sangat luar biasa. Ternyata eh ternyata mereka memang membutuhkan informasi mengenai kesehatan reproduksi dan juga kesehatan khusus perempuan plus kesehatan anak-anak, remaja. Tadinya cuma sehari malah menjadi dua hari.
Ketika pulang malam hari, melewati hutan sawit dan hutan karet plus goyangan khas jalan Lintas Sumatra waktu itu, mantan berbisik, "orang mungkin punya duit dengan menyumbang. Mereka tidak punya waktu. Kita yang punya duit sedikit dan punya banyak waktu ya harus ke lapangan. Inilah karya. Inilah yang sudah kita lakukan," katanya sambil menyandarkan kepalanya ke bahu.
Satu waktu kami pernah menembus hujan deras di malam hari. Kami sudah pesimis teman-teman masih mau menunggu kedatangan kami. Namun, sungguh luar biasa, mereka ternyata rela menunggu sampai kami datang. Bahkan ketika kami menghaturkan maaf karena terlambat, mereka menerima maaf kami dan rela menunggu. Mereka tidak akan memaafkan kalau kami tak datang karena alasan hujan deras. Â Tepok jidat.
Mari dengan Natal ini, kita mengerjakan apa yang menjadi bagian kita. Apa yang bisa kita bantu, itulah yang kita bantu. Apa yang bisa kita kerjakan kita kerjakan.
Dengan semangat Natal, semestinya kita terus memperbaharui diri, eh, sudahkah kita berbuat sesuatu untuk teman, saudara, sahabat kita yang belum bisa merayakan Natal dengan baik? Atau membantu sesama agar dunia ini makin baik dan indah.
Sahabat. Mari kita berbuat sesuatu pada sebuah sistem kebaikan sekitar kita yang terstruktur, sistematis dan masif. Bagi teman-teman yang berkarya di panti dihaturkan terima kasih yang sedalam-dalamnya. Semoga karyanya menjadi kenangan dan menggerakkan hati sesama untuk saling tolong menolong dalam segala kondisi.
Selamat Natal.
Salam Kompal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H