Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Ketika Auman Si Rimau Menggema

15 Desember 2019   18:08 Diperbarui: 16 Desember 2019   05:48 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: sains.kompas.com

Di pinggiran bukit, seorang kakek diperingatkan warga yang kebetulan tokoh masyarakat agar tidak lagi ke kebun di bukit karena si rimau sedang berkeliaran. 

Sang kakek pun berujar, "aku tidak merusak rumahnya. Aku pernah bertemu beberapa hari lalu. Kaki ini berat sudah tak bisa lari. Aku cuma bilang aku numpang lewat dan tidak mengganggu rumah dan makananmu. Kami sama-sama minggir".

Pertanyaan mendasar mengapa puluhan tahun pekerja kebun teh tidak ada yang tewas diserang si rimau? Mereka sering melihat si rimau turun dan melewati perkebunan teh. Bahkan minum di tempat penampungan air.

Si rimau adalah makhluk yang pintar. Memiliki ingatan hasil penciumannya yang tajam.

Si rimau sebenarnya takut dengan manusia. Mereka tidak pernah mengganggu manusia. Mereka tidak pernah membuka jalan baru. Mereka justru mengikuti jalur yang sudah ada untuk menjelajah wilayahnya. Makanan dan teritorialnya adalah kisah klasik si rimau lawan manusia.

Dingin menyergap. Beberapa petugas KSDA ngobrol dengan kami di Puncak Bukit Barisan Sumatra. "Kita perlu jujur. Jujur sejujurnya seluruh pemangku kepentingan termasuk masyarakat. 

Mengapa? Karena alam itu sebenarnya teratur. Kalau sudah diintervensi manusia maka keteraturan itu menjadi rusak. Mengapa kita tidak berdampingan hidup dengan alam?".

Jeritan si rimau terus menggema di Bukit Barisan Sumatra. Mengapa? Bahkan korban terus berjatuhan. Apakah kita sudah lupa dengan kearifan yang dicontohkan oleh nenek moyang kita? Entahlah. Kepalaku terus bergema dengan jeritan si rimau.

Salam dari punggung Bukit Barisan Sumatra

Salam Kompal

kompal-5df61285d541df3deb54d1b4.jpg
kompal-5df61285d541df3deb54d1b4.jpg

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun