Kalau anak-anak kami dari dusun diminta untuk menjelaskan dan melakukan bahasa pemrograman komputer maka anak-anak kami akan bengong sebengongnya. Anak-anak kami ibarat petarung alamiah, petarung polos bukan petarung teknik. Anak-anak kami butuh polesan. Anak-anak kami butuh kesempatan agar mereka dapat maju bersama mengembangkan Indonesia dengan hasratnya.
Paulo Freire (1921-1997) bilang pendidikan itu untuk membebaskan. Tidak, kami (paling tidak aku) tidak antipati dengan pendidikan formal ataupun bentuk pendidikan  text book.  Kami ingin pendidikan yang sama-sama diberi kesempatan dengan mempertimbangkan latar belakang yang ada. Kami ingin pendidikan yang memerdekakan. Pendidikan dialogis bukan monologis.
Indonesia tidak akan pernah kekurangan SDM yang unggul. Indonesia justru memiliki SDM unggul yang ditempa oleh alam. Teknologi sederhana membangun rumah yang sebenarnya tahan gempa sudah ada sejak nenek moyang. Jadi sekarang sebenarnya tinggal mengembangkannya saja. Orang-orang yang menerangi kampungnya dengan kincir air sederhana. Motor saja dimodifikasi dengan rantai untuk menaiki dan menuruni bukit untuk membawa berkarung-karung kopi.
Berilah kesempatan yang sama untuk anak-anak dari dusun dari Sabang sampai Merauke untuk mengembangkan diri mereka sampai mereka mendapatkan hasratnya. Mereka adalah mutiara-mutiara terpendam yang akan berkilat ketika diasah.
Aku suka dengan penutup film  Three Idiots.  Ketika mereka sukses dengan jalan hidupnya masing-masing sesuai dengan hasratnya. Pencarian hasrat. Pencarian itu membutuhkan keberanian dan juga pengorbanan serta usaha yang tak kenal menyerah.
Ini SDM Unggul Indonesia versi aku yang tinggal di dusun.
Salam Kompal
Salam dari Punggung Bukit Barisan Sumatra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H