Judul di atas provokatif banget. Loh, kok bisa, padahal Indonesia sudah merdeka selama 74 tahun. Bagaimana bisa kalau tubuh perempuan belum merdeka? Apakah ada yang menjajahnya ataukah ada yang kekuatan besar yang membuat tubuh perempuan terjajah?
Cobalah kau lihat! Ada begal payudara. Lelaki dengan seenak perutnya meraba, meremas payudara perempuan yang bukan pasangannya, yang bukan istrinya. Sungguh terlalu.
Adakah begal penis misalnya? Tidak ada  kan.  Suatu waktu perempuan boleh juga membegal penis lelaki agar seimbang.
Coba kau baca! Ada perempuan yang dilecehkan di kereta api, di bus umum. Mereka dengan sesenaknya mendapat kepuasan dari menempelkan kemaluannya ke bagian tubuh perempuan di depan publik. Mereka mengambil kepuasan di antara kesempitan angkutan umum. Sang perempuan jelas jijik dong dengan kondisi ini. Sungguh bikin muak dan geram.
Coba pantengin lagi! Ada orang yang semestinya menjaga perempuan dan mengantarkannya ke tempat tujuan dengan selamat malah diraba-raba dan dilecehkan. Untung perempuannya selamat setelah melompat dari motor pelaku. Bikin geram saja. Otaknya di taruh di mana?
Bikin miris adalah pakaian dalam perempuan, BH dan celana dalam yang dijemur juga tidak aman. Sampai segitunya otak kotor bin pikiran jorok pelaku. Pasti tidak percaya. Silahkan dicek di sini kalau tidak percaya.
Tubuh perempuan seakan dipasung oleh lelaki untuk kenikmatan seksual. Tubuh perempuan seakan-akan barang yang tidak memiliki kepemilikan alias tidak ada hak milik dari perempuan. Tubuh perempuan milik makhluk manusia berjenis kelamin lelaki.
Mau bilang bertahun merdeka kalau perempuan tidak memiliki hak dan dilindungi haknya atas tubuhnya maka jenis kelamin perempuan belum merdeka. Mereka masih dijajah oleh lelaki. Bisa suami, bisa saudara, bisa teman, bisa  guru, bisa siapa saja. Bisa di rumah, di tempat umum dan di mana saja. Bisa juga organisasi tak berbentuk dalam penjualan perempuan.
Coba kalau itu terjadi dalam keluarga kita. Ibu kita. Istri kita. Anak kita. Saudara kita. Bagaimana perasaan kita kalau hal itu terjadi para keluarga kita yang berjenis kelamin perempuan? Marahkah? Atau?
Haruskah mereka membawa senjata untuk membela diri? Semprotan merica, boleh. Gunting kecil atau potongan kuku, mudah didapat. Jangan bawa senjata tajam seperti pisau. Â Berabe. He he he. Itu semua dilakukan untuk membela hak atas tubuh yang diinjak dan dilecehkan oleh kaum lelaki.
Lalu bagaimana perempuan disebut merdeka? Gampang. Jangan lakukan apa yang tidak mau orang lakukan pada tubuh kita. Perlakukan mereka sebagaimana mestinya tubuh kita mau diperlakukan. Itu saja. Ya itu saja. Nggak usah ribet. Sesederhana itu.
Ini renungan di Hari Kemerdekaan RI ke 74.
Salam Kompal
Salam dari Punggung Bukit Barisan Sumatra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H