Di Hari Raya Idul Adha tidak ada gejolak soal telur, ayam, daging, gandum dan kebutuhan pokok lainnya. Tidak ada baju baru. Tidak juga opor ayam atau rendang. Semuanya kalem. Ya, kalem sekalem kalemnya.
Hari Raya Idul Adha atau Hari Raya Kurban ini semua orang berusaha memberi. Ada yang memberi tenaga dan ada juga yang berkurban. Semua bahu membahu bekerja untuk memberikan pelayanan yang baik kepada orang-orang yang berhak menerima kurban.
Ada yang berkurban di satu tempat. Ada yang berkurban di dua tempat. Bahkan ada yang berkurban di tiga tempat.
Ada yang memilih berkurban di sekitaran rumah. Ada juga yang berkurban di tempat yang jauh. Di tempat yang mungkin jarang sekali orang memakan daging. Makan daging adalah sebuah kemewahan.
Warga biasanya berkumpul di tanah lapang. Berbaju sehari-hari. Ada yang bikin beda, panitia membawa pisau yang tajam dan golok bahkan ada juga yang membawa parang dan kampak.
Ada lantunan Takbir yang mengiringi setiap proses penyembelihan hewan kurban. Ada doa. Ada keikhlasan. Ada kerjasama untuk membuat hewan-hewan kurban agar nyaman.
Usai dipotong, ada pula gotong royong untuk membagi-baginya sesuai dengan ketetapan. Lelah bisa jadi. Entah kenapa mereka malah tertawa, penuh canda.
Begitupun ketika waktu pembagian. Semua yang membawa kupon dan terakhir yang tidak membawa kupon diberi daging. Bahkan dijelaskan ini daging kambing. Ini daging sapi. Jangan sampai salah beri apalagi dicampur karena bisa jadi ada yang alergi daging kambing atau daging sapi.
Berkeringat pasti. Capek pasti. Cuma yang pasti banyak tangan di atas daripada tangan di bawah. Belum bisa kurban tahun ini. Kurban tenaga jadilah. Jangan saja kurban perasaan apalagi sampai Baper.
Kalau ada yang rindu kurban boleh. Pasalnya semua guyub. Semua ingin berkurban. Gejolak pasar hampir tidak ada.
Salam Kompal
Salam dari Puncak Bukit Barisan Sumatra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H