Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kali Bahagia yang Tak Bahagia

1 Agustus 2019   08:38 Diperbarui: 1 Agustus 2019   17:15 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tumpukan Sampah di Kali Bahagia I Foto: Detik.com

Kali Bahagia di Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi dalam beberapa hari terakhir menjadi pemberitaan yang intensif. Sampah sepanjang 1,5 KM menutupi sungai. Barangkali ini tempat pembuangan sampah sementara (TPS) terpanjang di Indonesia.

Banyak yang buang sampah di sini. Wajar karena orang pasti akan melihat ini tempat sampah walau sebenarnya kali. Ada semacam keinginan ikut serta menambahi kotor kali. Padahal dalam otak sadarnya itu bukan TPS. Ah sudahlah buang saja di kali beres. Sumber.

Sampah aneka macam itu kebanyakan plastik dan turunannya serta banyak sampah yang tidak bisa terurai dalam waktu cepat. Sampah pun macet. Kalau sudah macet jadi bertumpuk-tumpuk. Untung macet kalau sampai ke laut bakal ditenggelamkan oleh Bu Susi.

Orang yang tinggal di sepanjang kali lalu menjadi korban suatu saat nanti. Musim hujan bisa banjir atau bisa juga menjadi sumber bibit penyakit.

Berbagai pihak terkaitpun sepertinya saling lempar tanggung jawab. Mereka menolak untuk membersihkan karena segala sesuatu itu harus sesuai dengan tupoksi masing-masing. 

Sampai di sini setuju karena kalau tidak sesuai dengan tupoksi maka kalau keluar dana pasti akan terkena semprit BPK. Klik sumbernya.

Bingung kan. Lalu para pemangku kepentingan itu ketika Musrenbang mulai dari tingkat terbawah terus ke atas apakah tidak melihat segala kemungkinan-kemungkinan yang terjadi. 

Namanya kali namanya got itu pasti butuh perawatan dong. Apakah itu tidak diajukan untuk pengerukan ataupun untuk pembersihan? Ataukah sudah diajukan kemudian dicoret oleh Bappeda dengan alasan anggaran? Entahlah.

Kali bahagia sebenarnya bukan hanya soal tumpukan sampah yang macet tak mengalir sampai jauh --jangan sampai terjadi itu karena aku sekali lagi  takut dengan Bu Susi---tetapi karena carut marutnya birokrasi dan juga sense of crisis dari pengambil keputusan. Sampah di sungai, tak usah di negara berkembang, di negara maju pun pemeliharaan sungai terus dilakukan. 

Kalau di negara maju seperti Belanda, sungainya dibersihkan dengan peralatan yang cukup memadai dan sampahnya adalah sepeda dan juga bangkai kapal-kapal kecil.

Kali Bahagia juga bukan satu-satunya kali yang sebagian alirannya dipenuhi oleh sampah tetapi juga banyak kali-kali lain di Indonesia. 

Cobalah ketik "tumpukan sampah di sungai" di mbah google dan hasilnya ada 19.800. Bagi orang berpendikan pasti akan ngeles. 

Itu mbah google akan menghitung sebuah kasus, dua, tiga kali atau bahkan lebih. Betul itu pasti akan terjadi karena pengunggah kontennya berbeda. 

Apakah kita akan berdebat dengan angka sedangkan diyakini sampah setiap harinya diproduksi terus dan sebagian diyakini akan terbuang dan mengalir serta tertahan di kali.

Yok, kita urusi hal-hal kecil seperti kali agar berfungsi sebagaimana mestinya. Bukan menjadi tumpukan tempat pembuangan sampah apalagi tumpukan sampah serta WC terpanjang. Kali Bahagia pasti tidak bahagia karena sudah alih fungsi dan banyak kali juga yang tidak bahagia.

Apakah anda bahagia tinggal di sekitaran Kali Bahagia? Apakah anda bahagia tinggal di sekitaran kali yang bau? Apakah anda bahagia tinggal di kali yang setiap musim hujan airnya meluap membuat sebagian orang mengungsi?

Salam Kompal

Salam dari Puncak Bukit Barisan Sumatra

Dok. Kompasianer Palembang
Dok. Kompasianer Palembang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun