Dua anak muda ini sedang ngehits. Keduanya berbisnis pisang dan martabak. Sebuah bisnis yang mungkin dianggap sebagian orang sebagai bisnis sebelah mata. Justru di tangan kedua orang ini  pisang dan martabak naik daun membuat mata terbelalak.
Gibran dan Kaesang menjadi buah bibir di kalangan anak muda. Bapaknya, Jokowi adalah Presiden Republik Indonesia dan kini kembali terpilih untuk kedua kalinya (2019-2024). Siapa yang tak mau kenal dan pengen kenal dengan keduanya ataupun keduanya jadi terseret terkenal karena Jokowi.
Cuma sekali lagi, keduanya memang anak muda yang bikin mangkel sekaligus bikin baper. Percayalah. Ikutilah twitter mereka maka akan banyak kelucuan dan juga terkadang justru aku (atau kita kalau mau) harus banyak belajar dari mereka.
Bapaknya dirudung oleh seorang pengguna twitter, Kaesang justru membalasnya dengan menjual pisangnya. Apa nggak bikin sesuatu banget? Â Balasan Kaesang itu pun pernah diberitakan oleh media main stream dan juga mendapat apresiasi warganet.
Dalam beberapa hari terakhir, nama Gibran dan Kaesang mengalir deras bukan karena urusan pisang dan martabak (selain itu mereka punya ternakopi, goola, mangkokku) tetapi karena nama keduanya masuk dalam bursa Pilwako Solo.Â
Partai politik, politisi dipastikan sedang menunggu perkembangan selanjutnya. Jabatan Walikota Solo FX Hadi Rudyatmo akan berakhir 2020 mendatang. Jadi akhir 2019 dan awal tahun 2020 dipastikan tensi politik di Solo meningkat.
Hasil Survey Universitas Slamet Riyadi, Surakarta, Gibran dan Kaesang ternyata sangat popular di masyarakat. Lalu apakah keduanya jadi diterima oleh masyarakat Solo, ternyata mereka masih kalah dari Achmad Purnomo, Wakil Walikota Solo sekarang. Silahkan dipencet.
Bagi yang mudah tergiur dengan manisnya kekuasaan maka itu menjadi modal yang sangat baik. Mereka tinggal mencari mesin dan kemudian menghidupkan mesin tersebut untuk dapat mempengaruhi masyarakat agar memilih mereka dalam Pilwako Kota Solo.
Tinggal Gibran dan Kaesang yang menentukan siapa yang akan maju. Ataukah mereka akan maju dua-duanya? Ataukah mereka akan menolak maju?
Banyak yang berharap agar mereka maju. Namun, banyak juga yang berharap mereka tidak maju. Semuanya memiliki alasan masing-masing. Semuanya memiliki pendukung.
Mereka yang berharap maju sebenarnya juga ingin membuktikan kalau Gibran dan Kaesang juga punya hak sebagai warga negara untuk maju dalam kontestasi Pilwako Solo. Mereka juga tidak, belum pernah terkena hukuman.
Mereka pasti walau tersembunyi berharap efek ekor jas. Menang mudah karena Gibran dan Kaesang memiliki tokoh besar yang bisa menariknya untuk mendulang suara melalui Jokowi yang merupakan Presiden Republik Indonesia. Loyalis Jokowi jelas akan memilih Gibran dan Kaesang. Dinasti politik akan terjadi baik positif maupun negatif. Ini modal utama yang sangat besar.
Mereka yang berharap Gibran dan Kaesang tidak ikut kontestasi adalah orang-orang yang berpikir jauh ke depan bagi mereka meniti karirnya. Baik dalam bisnis maupun dalam politik. Mereka berharap Gibran dan Kaesang menjadi tokoh panutan bagi anak muda dalam meniti karir bisnis ataupun politiknya tanpa harus mengambil keuntungan efek ekor jas Jokowi.
Anak-anak muda seperti ini banyak. Mereka berharap banyak pada Gibran dan Kaesang untuk memberikan contoh yang baik dalam segala hal, baik bisnis maupun urusan politik. Menarik memang fenomena keduanya dalam kancah politik dan bisnis di Indonesia.
Ini adalah pertarungan yang mahal (moral dan penyesalan) karena apapun pilihannya selalu membawa konsekuensi. Namun, inilah hidup, kalau tidak menjalani resiko artinya hidup tidak menarik. Walau demikian prinsip kehati-hatian dalam memilih sebuah jalan adalah sebuah keharusan. Apalagi pilihan bisnis dan kekuasaan itu beda-beda tipis resikonya.
Jokowi sendiri memberikan jawaban menyerahkan semua keputusan pada kedua anaknya. Mau jualan martabak ataupun pisang. Jokowi juga meminta pada awak media agar menanyakan langsung pada Gibran mengenai langkah politik Gibran dan Kaesang. Pranalanya.
Jawaban Gibran pun sungguh pas dengan mengucapkan terima kasih atas penilaian positif warga Solo. Gibran berusaha untuk menjadi pebisnis yang mandiri dan juga politis yang mandiri. "Sampai sekarang aktivitas saya ya seperti ini masih menjalankan bisnis," kata Gibran saat berada di Solo. Sumber.
Nah, loh. Godaan kekuasaan itu memang menggiurkan semoga Gibran dan Kaesang dapat memilih dengan cantik, tepat pada waktu dan tempat yang tepat. Mandiri secara bisnis. Mandiri secara politik. Artinya tidak memanfaatkan efek ekor jas. Semoga.
Salam dari Puncak Bukit Barisan Sumatra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H