Mbah Kik dan Mbah Ke serta Mbah Golo lagi menikmati sarapan pagi. Ki Lurah yang melihat tokoh masyarakat ketika akan ke kantor lalu mampir. Sebelum turun dari motor dinasnya, Ki Lurah mengirim WA ke Pak Carik agar mengambil apel di Kantor Lurah Negeri di awan.
Mbah Ke konsentrasi membaca koran tua nasional yang cetak jarak jauh. Lirikan Mbah Ke melihat Ki Lurah datang. Tanpa menghiraukan Ki Lurah, Mbah Ke meneruskan membaca korannya.
Mbah Kik pun menyalami Ki Lurah, demikian pula dengan Mbah Golo yang sekarang lebih kalem setelah semua Medsosnya diberangus. Mbah Kik langsung mengolah kopi dengan gula aren kesukaan Ki Lurah.
"Gila hot spot di Sumatra terpantau 500. Kemarau kali ini panjang nggak ya. TNI Polri bersama masyarakat pun sudah tiga hari gotong royong untuk memadamkannya," kata Mbah Ke sambil meletakkan koran, mengyeruput kopinya dan menikmati pisang goreng hangat.
Mbah Golo pun tersentak. "Waduuuhhhh. Kok bisa hot spot harus dipadamkan TNI Polri dan masyarakat. Penting itu hot spot, aku itu pencari hot spot gratisan untuk memantau perkembangan tanah air sekaligus pendidikan kesabaran dalam diri" kata Mbah Golo.
Pernyataan Mbah Golo pun langsung disambut tawa Ki Lurah, Mbah Ke dan Mbah Kik.
"La, dari tadi kamu itu ngapain. Ngelamun ya. Ini hot spot kebakaran hutan dan lahan. Hot spot mu itu sudah nggak ada yang gratis. Sekarang semua berbayar. Kalo gratis nggak kenceng. Bisa-bisa nanti malah kamu yang dibajak," kata Ki Lurah.
Salam Kompal
Salam dari Puncak Bukit Barisan Sumatra
