Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Akar Rumput yang Tak Terpuaskan oleh Persahabatan Jokowi-Prabowo

14 Juli 2019   15:18 Diperbarui: 14 Juli 2019   23:29 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dua tokoh sentral dalam kontestasi Pilpres Indonesia 2019 sudah bertemu. Jokowi dan Prabowo sudah menunjukkan kenegarawanannya. Suasana akrab.  Tidak di Istana, tidak di Kertanegara. Justru di MRT.

Sebuah titik pertemuan yang akan dicatat dalam sejarah perjalanan bangsa. Di ruang publik bukan di ruang privat. Semua begitu cair.

Bahkan warga yang menjadi saksi pertemuan itu ada yang berteriak,  we love you.  Tepuk tangan. Suka cita. Tidak ada yang merengut, marah. Mereka justru ikut berbahagia dengan pertemuan itu. Mereka bahkan seperti tak ingin agar pertemuan itu cepat berakhir.

Naik MRT  so sweet. Sebuah akhir yang indah dari kontestasi yang melelahkan. Dan betul mereka berdua adalah sahabat. Sahabat yang bisa meletakkan di mana saatnya kontestasi dan saatnya bersilaturahim.

Makan bareng di Sate Senayan. Disaksikan oleh publik. Mereka tidak kucing-kucingan. Mereka berdua terbuka.

Sayang sungguh sayang. Suasana yang begitu indah, bahagia dan menyejukkan itu belum sampai di akar rumput. Masih ada saja yang berkata cukup nyelekit dengan pertemuan Prabowo dan Jokowi. Mereka sepertinya belum  move on.

Berhubung lagi di Puncak Bukit Barisan Sumatra, penulis berlari ke puncak ketika kaki kupu-kupu mengabari ada pertemuan Jokowi-Prabowo. Nonton live streaming, kebetulan Metro TV kemarin, ada yang bahagia dengan pertemuan itu, ada juga yang masih belum move on. Ada yang kecewa, pasti. Toh mereka berdua tidak bisa memuaskan semua kepentingan pendukungnya.

Bagi mereka yang kecewa dengan pertemuan dua tokoh yang sudah menunjukkan kenegarawanannya maka patut dipertanyakan nasionalismenya sebagai warga negara. Beda pandangan politik biasa saja dan dijamin oleh negara tetapi kalau sudah memaksakan kehendak maka itu sudah melanggar konstitusi negara. Di manapun di dunia ini, aturan itu ada.

Kalau ada #penghianat, sungguh aku kecewa. Terlepas #penghianat, salah menurut KBBI, tetapi menurutku sudah tak patut, tak baik. Dalam berpolitik, dalam berdemokrasi, nilai-nilai moral dan juga etika dalam berkontestasi tetap harus dipegang teguh.

Hillary Clinton dalam pidato kekalahannya dari Donald Trump (9/11/2016) lalu menjadi begitu fenomenal dan mengharu biru. Klik ini. Kekalahan memang menyakitkan tetapi itulah demokrasi dan harus bangkit untuk mencapai tujuan lain yang lebih besar bagi bangsa dan negara. Semua harus mengikuti rule of law yang sudah disepakati.

Membangun Indonesia menjadi lebih baik bagi semua adalah lebih besar dan mulia daripada berseteru tak habis-habisnya. Apakah kita lupa kalau kepentingan pribadi masih kalah dengan kepentingan lain yang lebih besar, kepentingan negara misalnya. Bukan untuk memajukan kepentingan diri sendiri ataupun kelompok.

Pertemuan Prabowo-Jokowi, akan membuat pergeseran simpati. Itu sudah pasti. Sebagian simpati simpatisan Prabowo yang tak puas dengan pertemuan pasti akan kecewa. Simpati akan berkurang. Itu normal. Jangan salah, justru simpatisan Jokowi juga akan bersimpati dengan Prabowo. Mereka yang tadinya mengambang pun bisa jadi kini bersimpati dengan Prabowo.

Salam hormatku untuk Pak Prabowo, ketika beliau mengungkapkan, "menjadi presiden itu mengabdi, masalah yang dipikul besar. Kami siap membantu kalau diperlukan. Mohon maaf kalau kita mengkritisi bapak sekali-kali," kata Prabowo. Sumber.

Jadi kalau dilihat dari pernyataan Prabowo tidak ada yang salah. Membantu bisa dalam kabinet atau di luar kabinet. Dan terakhir, mengkritisi bapak sekali-sekali, ini adalah kalimat lugas dan tepat. Jadi Prabowo bisa meletakkan dirinya sebagai sahabat dalam arti yang luas.

Lalu bagaimana dengan akar rumput yang masih belum bisa menerima. Kembali lagi kita lihat pada kepentingannya. Mereka pasti mendukung Prabowo dengan membawa kepentingannya. Kalau mereka tak ingin melihat Prabowo bersilaturahim dengan Jokowi artinya ada kepentingan tersembunyi. Kepentingannya apa? Jawabannya hanya ada pada mereka yang membuat tagar #penghianat dan yang meninggalkan Prabowo.

Apakah Prabowo dirugikan, sebenarnya tidak, karena koalisi sudah dibubarkan Prabowo. Artinya, unsur-unsur koalisi sekarang sudah harus menentukan sikapnya masing-masing.  Adios amigos.

Terima kasih Prabowo-Jokowi kalian memang bersahabat dalam arti yang sesungguhnya. Kalian bertemu di ruang publik bukan di ruang privat. Kalian sudah memberikan contoh keterbukaan yang sesungguhnya. Bukan deal-dealan apalagi kucing-kucingan. Inilah Jokowi-Prabowo. Salam NKRI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun