Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mencoba Menggendong Kehidupan Pemetik Teh

8 Juni 2019   18:38 Diperbarui: 8 Juni 2019   18:40 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berjalan-jalan di kepingan surga, hampir tak ada habisnya keindahan yang bisa dilihat. Semua indah, mulai dari sungai, air terjun hingga ke kehijauan kebun kopi, serta kehijauan kebun teh.

Melihat pekerja PTPN VII Gunung Dempo dari kejauhan sungguh indah. Mereka bergerak beraturan dari satu tempat ke tempat lainnya. Ehhmmm ternyata mereka sudah memiliki batas alamiah dan batas buatan untuk kerja satu hari.

Sebagian besar pemetik teh adalah perempuan. Mereka adalah perempuan perkasa. Silahkan  membawa kinjar di punggung berisi teh seberat 30 kilogram sampai 40 kilogram akan membuat tubuh menahan nafas, ngeden. Kalau nggak percaya silahkan dicoba. Aku saja sesak nafas dan dengkul bergetar. Monggo dicoba kalau nggak percaya.

Upss. Ternyata mereka adalah pekerja yang ramah-ramah pula. Mereka yang biasa bekerja satu kelompok mengejar target daun teh muda. Bukan mencari daun muda istilah yang lain ya. Ini benar-benar daun muda. Daun teh maksudnya. Ha ha ha.

Mereka ramah-ramah loh. Silahkan dihampiri. Mau pinjam caping dipinjamin. Mau foto bareng diladeni. Mau nyoba motong daun teh muda alias pucuknya juga diajari. Ramahkan.

Mereka rata-rata orang jawa. Mereka yang bekerja kini sudah generasi kedua dan ketiga. Sebagian juga sudah kawin mawin dengan penduduk asli Besemah.

Jika kita melihat dari jauh. Maka mereka seperti kumbang yang sedang merumputi hijaunya hamparan karpet surga.

Dekatilah maka kita akan tahu betapa beratnya kehidupan mereka. Menembus dinginnya pagi. Bahkan terkadang menembus rinai. Di saat aku, teman perempuanku serta tiga mataku sedang menarik selimut dini hari, mereka sudah bersiap untuk bekerja memetik atau lebih tepatnya memotong daun teh muda.

Menjelang siang. Mereka pun harus bersiap menangkis sinaran matahari yang semakin siang semakin terik. Target kelompok dalam memetik daun teh muda harus tercapai.

Jangan tersinggung, ketika mereka tertawa ngakak melihat diri terhuyung karena keberatan, tak seimbang menggendong kinjar berisi daun teh muda. Atau diri agak ngeri geli melihat ulat daun merayapi kaos.

"Beratkan. Nah itulah kehidupan pemetik teh," ujar salah seorang dari mereka.

Walau berat mereka masih suka berbagi kegembiraan. Dengan ramah mereka selalu membalas sapaan para pengunjung Gunung Dempo. Membuat tersenyum itu membuat diri dan orang lain bahagia. Otak untuk berpikir menjadi lancar jaya.

Beratnya kehidupan menjadi ringan ketika kita bekerja dengan bahagia. Semangat terus bekerja dan mencari rezeki. Ekonomi wisata mungkin bisa lebih dikembangkan lagi.

Pemandangnnya Indah. Orangnya Ramah I Foto: OtnasusidE
Pemandangnnya Indah. Orangnya Ramah I Foto: OtnasusidE
Salam dari Punggung Bukit Barisan Sumatra

Salam Kompal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun