Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Santai, Kalem, Waktu Ujian Merem

2 Juni 2019   16:07 Diperbarui: 2 Juni 2019   16:10 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sambil menikmati roti almond, daku akhirnya buka suara. "Ini bukan soal duit kan?".

Maknya yang sudah tahu dengan gaya kalemku selama beberapa jam terakhir, akhirnya buka suara. "Bukan soal duit sih. Tapi ini soal daya tahan. Soal kemungkinan. Soal harapan. Soal plan b, c dan d".

"Sekolah satu jenis kelamin itu bagus. Cuma itu tadi. Kalau lelaki maka dia akan semakin keras dan agak kurang rasa malu. Demikian pula kalau perempuan kalau sudah melentik ya tambah melentik. Sebaliknya kalau sudah tomboy ya menjadi lebih tomboy lagi. Malunya kurang. Lah semuanya sejenis," kata Maknya.

Kupandangi teman perempuan di depan ku dengan penuh cinta. Ah, sudah ada ubannya. Ah, rambut berombaknya itu. Ah, lesung pipit tersembunyinya.

"Kamu cantik," kataku sambil menatap tajam matanya.

Dia acuhkan pujianku. Menunduk, muka memerah dan memotong rotinya. Perempuan ini dulu pernah sekolah sesama jenis.  Wak wak wak.  Dan dia menjadi semakin tomboy. Hingga kini tidak ada rok kerja. Jeans merupakan celana favoritnya dan hanya satu celana dari kain. Tidak ada rok. Rok kain waktu kuliah selesai, sudah diberikan ke orang lain.

Pada waktu SMA teman perempuanku, bersekolah campur, lelaki dan perempuan. Duduknya pun lelaki dan perempuan. Ngomong seperlunya dengan teman lelaki satu mejanya. Seminggu lebih nggak bisa ngomong, ditambah panas dingin karena bertemu dengan lawan jenis, duduk berdekatan selama jam belajar.

Akankah berulang? Aku nggak berani memberikan jawaban. Dan sampai saat ini aku dan teman perempuanku yang sudah membrojolkan tiga keturunan belum memiliki plan b, c dan d.

Berat ternyata menjadi perempuan. Dari jauh hari dia sudah mikir, anak-anak titipan Ilahi ini mau dibagaimanakan? Sang lelaki malah kalem bae.

Kakak, Kevin dan Kayla ngga mungkin balik dusun. Sekarang tinggal membuat plan b, c dan d. Semuanya tergantung dengan cita-cita  tuh  tiga bocah. Walau demikian perjalanan mereka masih bisa berubah dan panjang.

Semoga aku dan teman perempuanku memiliki daya tahan. Demikian pula hal yang sama kuharapkan pada mereka bertiga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun