"Kalian berdua seperti teman-temanan". "Kalian berdua seperti remaja". "Kalian tak pernah duduk side by side". "Kalian suami istri bukan sih?". Itu disampaikan oleh teman-teman SMA dan juga kuliah kaki kupu-kupu pada banyak kesempatan ketika berkumpul minum kopi ataupun makan pempek.
Nah,  kalau teman-teman barunya di kawasan Jakarta Pusat selama 15 tahun lebih, mereka justru bingung dengan kaki kupu-kupu yang  single fighter.  Selain itu, Facebook nggak ada. Di WA Grup tak pernah unggah kasih mesra dengan suami. Instagram apa lagi, nggak pernah bagi foto keluarga. Apalagi foto kemesraan si kaki kupu-kupu dan suami.
Teman-teman kaki kupu-kupu pun dibuat bingung. Pasalnya dalam banyak hal ketika sedang sekolah dan sekolah lagi, tidak pernah sekalipun si kaki kupu-kupu mengeluh mengenai biaya dan kesulitan dalam penelitian. Semua dijalani dengan senyum. Tahu-tahu selesai dan kemudian selesai lagi.
Tak ada yang tahu  puzzle kehidupan ini, begitupun ketika satu pagi sedang asik berjalan kaki di pantai di pinggiran Jakarta kami bertemu dengan seorang yang kami berdua kagumi. Pantai itu menjadi saksi bisu ketika dua mata yang masih balita diberkati oleh seorang petinggi sebuah perusahaan media dan hotel terkenal di Indonesia.
Semburan angin pantai membuat kami berdua seakan terbang ke angkasa. Kami berdua tertawa ketika melihat dari angkasa masa-masa tersulit dalam ekonomi, mengasuh anak dan juga dalam berkarir.
Tertawa terpingkal ketika mobil mungil biru toska melibas jalanan tergenang air di kawasan Salemba. Ketika mobil lain menyingkir ataupun ragu melibas genangan air setinggi 30 cm, mobil kecil biru toska itu dengan tenang merenanginya.
Si kaki kupu-kupu memang dari kecil ingin beli mobil mungil yang bisa melibas jalanan berair. Mungkin juga karena dulu sewaktu tugas di Pantai Timur Sumatra lebih banyak main dorong-dorongan mobil di jalanan berlumpur nan becek.
Si suami yang keras kepala tetapi pada titik-titik tertentu lebih banyak diam dan tetap berusaha untuk mengingatkan kaki kupu-kupu kalau keputusannya adalah salah. Cuma itu tak bisa dilakukan pada titik puncak ketegangan di berbagai macam cobaan kehidupan.
Makan adalah proses yang paling indah. Sambil menikmati nasi rendang dan kerupuk kulit dicampur kuah opor ayam membuat tubuh menjadi santai.
Saat itulah aku bilang, tolong dihitung lagi ongkos cetaknya menjelang akhir pendidikannya. Si kaki kupu-kupu pun terperanjat karena ada hitungan yang salah. Setidaknya ada selisih Rp 10 juta bila dicetak di tempat lain. Bukannya marah atau kesal karena hampir dikerjai teman sendiri tetapi kami malah tertawa ngakak.
Ketika berkesempatan pulang ke Palembang dan naik LRT pertama di Indonesia, si kaki kupu-kupu dan aku duduk berseberangan. Tak ada yang tahu kalau kami berdua suami istri. Walau kami berjauhan tetapi kami berdua tetap mengumbar senyum.