Pulang dari menjalankan ritual cinta, aku ingin sekali menikmati LRT Palembang. Kebetulan pesawat yang kutumpangi terbang jelang siang. Aku langsung naik eskalator dari pintu keluar Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang. Papan penunjuknya sangat jelas.
Begitu naik ternyata ada hiasan songket di kiri dan kanan eskalator. Â So sweet. Â Tradisi Wong Palembang, masyarakat Sumatra Selatan jelas terlihat. Â Nah, Â ini yang bikin kita serasa di air, ada Ikan Belido terbang di langit-langit menuju ke Stasiun LRT Bandara.
Terus terang kuakui ini bisa jadi wisata lokal. Naik LRT Palembang dari ujung ke ujung. Itu semua kan bisa jadi obyek foto yang sangat menarik.
LRT itu produksi PT INKA di Madiun.  Wow.  Nah,  artinya anak negeri ini sudah pandai dan pintar-pintar. Kita punya teknologi, kenapa kita tidak menantangnya sampai pada batas maksimal. Aku yakin kalau ditantang lagi PT INKA akan mampu membuat kereta yang lebih  wah lagi.
Seorang ibu yang membawa dua anaknya mengungkapkan kalau mereka dari Lubuk Linggau. Â Sengaja datang ke Palembang untuk liburan. Sekalian untuk mencoba hal-hal baru di Palembang.
"Kalo lihat di Medsos teman dan keluarga di Palembang kan bikin Baper. Makanya pas ada waktu libur langsung ke Palembang dan bawa anak-anak untuk merasakannya.  Kapan lagi nak  ngerasoke  naik LRT. Sekarang masih, satu-satunya dan pertama di Indonesia," kata si ibu muda ini.
Apa yang disampaikan oleh ibu muda atau kalau mau  nggaya disebut dengan mamah muda, memang mengingatkan diri. Mau wisata kok jauh-jauh harus ke luar daerah. Wisata saja di sekitar rumah atau lingkungan sekitar yang ternyata kalau dieksplore banyak sekali yang keren. Kalau memang punya duit, bolehlah wisata jauh-jauh untuk menambah wawasana.
Ada senyum mengembang dari anak-anak yang bisa melihat pemandangan dari atas. Â Yup, Â LRT Palembang memang di bangun di atas jalan sehingga kita bisa melihat pemandangan yang asik. Mereka pun minta foto dan juga ada yang bawa telepon pintar sendiri untuk memotret pemandangan dari LRT.
Di lapangan Jasdam II Sriwijaya ada kegiatan latihan, keren juga pemandangannya. Lapangan Jasdam II itu setelah kita melewati Stasiun Asrama Haji.
Kaca LRT pun berminyak, bekas wajah-wajah ataupun tangan-tangan anak-anak menempel. Tenang di setiap perjalanan kereta ada petugas kebersihan yang akan membersihkan kotoran di kaca jendela LRT. Mereka berkeliling, sepanjang gerbong. Sebagian ibu-ibu yang beradab mengingatkan anak-anaknya agar tidak menempelkan muka atau tangannya ke kaca jendela LRT.
"Kotor. Jangan ditempelin kaca jendelanya. Kasihan om yang bersihin," kata si ibu pada anaknya.
Seorang bertopi PKD mengingatkan seorang lelaki yang menikmati kopi. "Pak di larang makan dan minum. Nanti kotor keretanya," kata PKD itu sambil menunjukkan aturan naik LRT di pintu masuk LRT.
Memang aturan makan dan minum itu kurang jelas. Hanya ada di balik pintu masuk kereta. Aturan itu tidak semuanya ada di pintu masuk. Jadi kalau pintu itu tertutup baru terbaca aturan naik/selama dalam kereta.
LRT di Palembang dan pertama di Indonesia ini patut disyukuri, terima kasih pada pemerintah dan seluruh jajarannya, Pak Presiden Jokowi dan seluruh kabinetnya serta pemerintah Provinsi Sumatra Selatan dan Pemerintah Kota Palembang. Indonesia sudah menunjukkan pada dunia kalau Indonesia bisa.
Eh, pembangunannya super gila  loh kecepatannya. Seperti Loro Jonggrang minta ratusan candi. Wak wak wak.  Kok, ngomong Loro Jonggrang.  LRT itu dibangun di atas 867 tiang, dibangun di atas jalan raya dan melintasi Sungai Musi. Dikerjakannya hampir penuh 24 jam hingga detik-detik pembukaan Asian Games 2018 yang sukses pelaksanaan dan sukses prestasi.
Entah Gubernurnya yang waktu itu Alex Noerdin yang edan ataukah Presidennya, Jokowi yang juga edan dengan keberaniannya berspekulasi dalam menunjukkan citra Indonesia pada Asia. Hasilnya aku dan banyak orang lainnya bisa menikmatinya. Ada tangga. Ada eskalator. Ada lift di stasiun LRT.
Selain membawa budaya baru dalam bertransportasi, LRT Palembang juga menjadi obyek wisata bagi masyarakat Palembang dan Sumatra Selatan. Juga menjadi penanda kalau Sumatra Selatan sudah bergerak maju terlebih dulu dengan transportasi masal.
Salam Kompal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H