Kaca LRT pun berminyak, bekas wajah-wajah ataupun tangan-tangan anak-anak menempel. Tenang di setiap perjalanan kereta ada petugas kebersihan yang akan membersihkan kotoran di kaca jendela LRT. Mereka berkeliling, sepanjang gerbong. Sebagian ibu-ibu yang beradab mengingatkan anak-anaknya agar tidak menempelkan muka atau tangannya ke kaca jendela LRT.
"Kotor. Jangan ditempelin kaca jendelanya. Kasihan om yang bersihin," kata si ibu pada anaknya.
Seorang bertopi PKD mengingatkan seorang lelaki yang menikmati kopi. "Pak di larang makan dan minum. Nanti kotor keretanya," kata PKD itu sambil menunjukkan aturan naik LRT di pintu masuk LRT.
Memang aturan makan dan minum itu kurang jelas. Hanya ada di balik pintu masuk kereta. Aturan itu tidak semuanya ada di pintu masuk. Jadi kalau pintu itu tertutup baru terbaca aturan naik/selama dalam kereta.
LRT di Palembang dan pertama di Indonesia ini patut disyukuri, terima kasih pada pemerintah dan seluruh jajarannya, Pak Presiden Jokowi dan seluruh kabinetnya serta pemerintah Provinsi Sumatra Selatan dan Pemerintah Kota Palembang. Indonesia sudah menunjukkan pada dunia kalau Indonesia bisa.
Eh, pembangunannya super gila  loh kecepatannya. Seperti Loro Jonggrang minta ratusan candi. Wak wak wak.  Kok, ngomong Loro Jonggrang.  LRT itu dibangun di atas 867 tiang, dibangun di atas jalan raya dan melintasi Sungai Musi. Dikerjakannya hampir penuh 24 jam hingga detik-detik pembukaan Asian Games 2018 yang sukses pelaksanaan dan sukses prestasi.
Entah Gubernurnya yang waktu itu Alex Noerdin yang edan ataukah Presidennya, Jokowi yang juga edan dengan keberaniannya berspekulasi dalam menunjukkan citra Indonesia pada Asia. Hasilnya aku dan banyak orang lainnya bisa menikmatinya. Ada tangga. Ada eskalator. Ada lift di stasiun LRT.
Selain membawa budaya baru dalam bertransportasi, LRT Palembang juga menjadi obyek wisata bagi masyarakat Palembang dan Sumatra Selatan. Juga menjadi penanda kalau Sumatra Selatan sudah bergerak maju terlebih dulu dengan transportasi masal.
Salam Kompal