Dah, istri langsung kalem. Langsung mesra. Langsung cantik.
Sambil menyetir mobil, istri terlihat senyam senyum sendiri. Mobil pun diarahkan ke sebuah tempat kue dan kopi di bilangan pusat kota.
Sungguh melihat istri tersenyum. Melihat istri tertawa sambil menyeruput kopinya. Melihat istri fresh. Melihat jari lentiknya main di keyboard dengan lincah. Kalau jari lentiknya main di keyboard  ya artinya pemasukan untuk keluarga. Ha ha ha.  Duh,  nyamannya hati.
Kalau pikiran dan jiwa nyaman. Hubungan suami istri jelas akan sehat. Kalau perempuan ingin dimengerti jangan dibilang cari perhatian alias caper. Kalau dia stress, anak-anak bisa kesamber kena marah. Apa nggak bahaya. Fatal  toh jadinya.  Hiiii serem.
Pulangnya, ketika mendekati rumah, istri yang masih  nyetir dengan perkasa karena mobil tak pakai  power  steering, iseng suami bertanya, "ngomong-ngomong, waktu kamu suruh aku, beli waktu itu serius,".
Tidak ada jawaban sepatahpun keluar dari mulut istri. Hanya senyum. Dan ketika dia usai memasukkan gigi rendah, tangannya mengelus pahaku. Aku pun senyum.
Mending istri marah terang-terangan dengan suami. Mau caper nggak masalah, yang penting ada katup penyelamat alias  safety  valve (dikenalkan Sosiolog Lewis Coser ) yaitu sang suami.  Lah,  kalau  nyari katup penyelamat pada perempuan atau lelaki lain atau suami/istri lain apa nggak bahaya, bisa merusak jiwa dan rumah tangga.
Kalau kesehatan jiwa keluarga saja sudah sehat maka paling tidak sudah ada bapak, ibu dan anak yang jiwanya sehat. Anak-anak yang sehat jiwa akan menjadi generasi emas yang tangguh di masa depan.  Jadi tepatlah kalau Federasi Kesehatan Jiwa Dunia dalam Hari Kesehatan Jiwa Dunia tahun ini fokus pada kampanye Kesehatan Jiwa Generasi Muda dalam Dunia yang  Terus Berubah.Â
Selamat Hari Kesehatan Jiwa Dunia 2018 yang jatuh hari ini tanggal 10 Oktober. Sebuah tanggal yang cantik. Â
Salam Kompal