Perempuan itu masuk ke sebuah gerai minuman terkenal. Tubuhnya tinggi semampai bersepatu  high heel.  Berwajah cantik sesuai standar masyarakat umum. Lehernya pun jenjang.
One  piece pakaiannya membuat hampir semua mata lelaki menjelang sore itu memandang ke arahnya. Usut punya usut setelah menganalisis secara tenang bayangan yang baru lewat, ternyata persoalannya pada ujung pakaiannya yang hanya sekitar 10 centimeter di atas dengkul.
Sebagai seorang lelaki yang dulu pernah dilatih untuk penelitian kualitatif, catatan lapangan menjadi sebuah catatan pendukung dan terkadang malah menjadi pembahasan utama dalam sebuah tulisan penelitian. Catatan lapangan menjadi menarik karena akan membuat sebuah topik bahasan menjadi lebih hidup.
Ada sekitar 15 lelaki di gerai dengan 12 diantaranya bersama pasangannya. Ada lima perempuan sendirian. Ada dua pasangan sejenis. Semua kursi dan meja hampir penuh di gerai. Jam menunjukkan pukul 15.37. Sebuah posisi waktu yang bikin  gemes kalau pulang mulai terjebak macet atau sebuah posisi waktu menjelang penat yang butuh pelepasan.
Perempuan tersebut duduk dan sudah dipastikan dia akan duduk dengan menumpuk pahanya. Posisi itu tentu saja akan menarik semua ujung bawah pakaiannya ke atas. Sehingga dia akan duduk dengan posisi tanpa perlindungan di pahanya. Sebuah posisi duduk yang sangat terkenal dalam dalam film Basic Instinct yang diperankan Sharon Stone.
Dari lima belas lelaki di gerai. Seorang lelaki bertubuh tinggi besar, berumur sekitar tiga puluhan, tiga kali mondar mandir dari tempat duduknya untuk memesan makanan. Secara reflek mukanya mengarah ke si perempuan berpakaian  one  piece.  Satu kali dirinya ke toilet, ketika pergi menoleh dan ketika kembali ke tempat duduknya juga menoleh.
Beberapa lelaki juga berusaha mencuri pandang. Bisa diterima dengan lapang dada kalau di depannya tidak ada teman perempuannya. Agak kurang sopan kalau itu dilakukan di depan teman perempuannya, satu kali wajar tetapi kalau dilakukan lebih dari tiga kali, hadewww.
Seorang lelaki yang duduk dua meja dari depan si perempuan, mengenakan kemeja kerja merek VH  slim  fit setidaknya memberikan dua kali kode dengan menggerakkan tangannya pada si perempuan. Si perempuan sepertinya santai, menikmati makanannya dan juga minumannya sambil sesekali memainkan gawainya. Habis,  dah.  Kurang apa si lelaki, tubuh atletis, muka salon. Yang nulis yakin  tuh si lelaki rajin  fitness.
Dua lelaki untung banyak. Satu yang duduk di samping kiri dan satu lagi di samping kanannya. Mereka berusaha mencuri pandang setidaknya setiap lima menit sekali.
Dari lima belas lelaki yang ada di gerai, tidak termasuk lelaki yang membeli minuman, makanan  take  away,  ada 9 yang tertarik untuk memandang sambil berjalan ataupun mencuri pandang dari pasangannya yang ada di depan. Bahkan ada juga yang terang-terangan memandangi sampai akhirnya malu sendiri ketika ditoleh oleh si perempuan.
Sebenarnya kalau dihitung dengan yang nulis termasuk 10 lelaki tetapi yang nulis tidak dihitung karena tidak fokus pada satu subjek. Yang nulis, memperhatikan subjek lain selain perempuan berpakaian  one  piece tersebut.
Si kaki kupu-kupu yang kebetulan menemani yang nulis cuma tersenyum. Justru sebaliknya si kaki kupu-kupu bertanya, "apakah aku cantik?".
Perempuan yang telah menemani hidup bertahun ini memang kocak. Seorang temanku suatu waktu yang pernah melihat polah tingkah kami di suatu tempat berkata, "kamu berdua dengan istrimu itu seperti berteman saja".
Senyumnya yang melentingkan lesung pipitnya sungguh bikin pusing. Gigi gingsulnya membuatnya lain daripada yang lain.
Satu waktu bahkan aku bercanda dengannya ketika ada pertemuan di sebuah hotel, "aku tidak menunggu (menyebut suatu organisasi profesi) tetapi aku menunggu (menyebut suatu organisasi profesi tempat kaki kupu-kupu bernaung)".
Perempuan itu pun tertawa tergelak. "Dirimu kalau merayu, boleh juga".
Satu kecupan manis darinya pada pipi kananku sebelum menginjak gas mobil biru tosca, meninggalkan pertemuan ilmiah tahunan (PIT) organisasi profesinya. Dia supir sekaligus istri dan emak-emak cantik bagi keluarga kami. Wak wak wak.
"Aku memilih dirimu daripada "Sharon Stone". Aku dulu tersihir padamu. Sampai saat ini sihir itu belum hilang. Bahkan sampai maut memisahkan," kataku sambil berbisik.
Matanya pun meredup. Senyum melenting itupun muncul.
Yup,  perempuan berpakaian  one  piece itu memang berhasil merebut pesona lelaki yang ada di gerai minuman terkenal itu. Yang nulis belum terseret oleh arus pesona paha langsatnya. Kalau yang nulis terseret maka tulisan ini tidak akan jadi karena darah yang nulis menekan ke mana-mana sehingga kemungkinan besar tangan yang nulis tidak lagi bisa menuliskan catatan lapangan di secarik kertas.
Malamnya sebelum tulisan ini dibuat, seorang perempuan setengah tua sama dengan yang nulis, bisa jadi mungkin yang nulis lebih tua dari si perempuan, mengirimkan  screenshot memperlihatkan paha  host sebuah acara televisi. Penulis yang memang sudah terbiasa melihat paha menanggapinya biasa saja. Bahkan penulis yang biasa pergi ngaspal lintas Sumatra terkadang malah melihat paha plus pantat dari jalan orang-orang yang ingin buang hajat di sungai.
Terjadi diskusi yang menarik antar teman. Semua berjalan pada kontekstual acara televisi. Dada, paha dan juga keseksian tubuh terbalut ketat apapun merupakan salah satu nilai jual mata. Tentunya acara akan menarik kalau tubuh seksi berbalut itu memiliki kecerdasan logika dan juga nalar yang di atas rata-rata.  "Brain  and  beauty,"  kata orang.
Sebaliknya pada kontekstual perempuan berpakaian  one  piece,  yang nulis bilang, "look at me".  Phi bilang, "sex appeal". Pos bilang, "menggoda seluruh dunia".
Gaya Sharon Stone duduk di Basic Instinct akhirnya memang menjadi  trend  setter.  Apalagi Sharon membuat lima detektif kepanasan di luar interogasi dengan gaya mengangkang tak terlindungi. Sharon sendiri memprovokasi sekaligus menseduktif Michael Douglas dari awal proses interogasi.
IMDb  (Internet  Movie  Database)  tahun 2017 memeringkatkan Basic Instinct sebagai film  psychosexual  thriller.  Padahal Basic Instinct dibuat tahun 1992 dan hingga kini masih belum ada yang menyainginya*).
Huffingtonpost  bahkan menyebutkan Basic Instinct lebih seksi dibandingkan film Fifty Shades of Grey.  Adegan interogasi merupakan adegan yang paling banyak dihentikan  (paused)  dalam sejarah perfilman**).
Pada akhirnya perempuan berpakaian  one  piece itu sudah mencuri panggung publik. Duduk  dengan gaya Sharon Stone. Panggungnya adalah ruang publik dan penontonnya adalah mereka yang terseret pesona paha tak terlindungi, leher jenjang, tubuh langsing dan kaki panjang. Si perempuan tahu psikologi lelaki, dia akan menjadi perhatian, kalau tidak, dia tak akan memakai  one  piece dengan tinggi pakaian 10 centimeter dari dengkul. Jadi bagi lelaki yang terseret silahkan dinikmati barang satu sampai satu setengah jam di ruang publik. Setelah itu cuci otak dan pulanglah, nikmatilah perempuan yang kau miliki.
Salam KompalÂ
*) Best Psychosexual Thrillers
**) 11 Classic Movies Sexier Than 'Fifty Shades of Grey'
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H