Muka pasien yang tadinya pucat menjadi agak sedikit memerah. Mereka seperti mendapat perhatian dan juga suntikan semangat untuk sembuh.
Sesampai di rumah, sulung bertanya kenapa emak bertanya mengenai kondisi pasien yang ada di selasar?
Si emak pun bercerita bagaimana dirinya dan teman-temannya di daerah terpencil dulu menyuntikan semangat untuk sembuh dengan obat-obatan yang sangat minimal pada warga yang berobat. Orang yang sakit banyak tetapi obatnya sedikit.
Belum lagi fasilitas dan alat pendukung yang minim. Bagaimana harus membawa vaksin dan menyimpannya agar tidak rusak karena di dusun tidak ada aliran listrik sehingga vaksin di simpan di kulkas dengan tenaga minyak tanah. Kulkas ini harus dirawat dengan baik agar tetap berfungsi.
"Bapakmu itu dulu. Waktu masih pacaran sering sakit maag. Kalau kambuh, emak ini harus ngebut nyetir ambulans untuk menjemputnya. Baru sedetik ketemu emak langsung sembuh," ujarnya sambil tertawa. Dan tawa anak-anak juga pecah sambil bertepuk tangan.
"Lebay," kataku sambil menambah sayur asam dan sambal tempe kering.
Perhatian itu penting. Dengan perhatian maka orang merasa dihargai, diperhatikan, dibutuhkan dan kalau sudah demikian akan ada semangat untuk terus hidup. Itu sudah satu obat yang menguatkan obat-obatan yang memang diberikan pada mereka.
"Emak juga mengucapkan terimakasih  loh pada kalian bujang berdua dan satu gadis yang membuat emak semangat untuk belajar. Kalian bangun pagi. Mandi sendiri. Makan tidak cerewet. Belajar sendiri dan mengerjakan tugas sekolah dengan baik. Bantu-bantu urusan rumah. Itu sudah sangat membantu emak belajar".
Dan sudah bisa ditebak,  tuh dua bocah langsung memeluk dari sisi kanan dan kiri. Si gadis pun nimbrung di tengah. Bapaknya cuma cemburu.
Jumat malam Sabtu, emaknya anak-anak sambil duduk di meja kecil sedang memperbaiki tugasnya. Si sulung tertidur di pahanya. Si tengah yang kelelahan membantu menyusun kertas-kertas yang sudah tak terpakai tertidur di tumpukan kertas. Buku-buku dan jurnal berantakan. Si bungsu memilih tidur di dekat dinding.
Berantakan. Jelas. Kamar sempit itu penuh dengan barang. Ada juga piring bekas pisang goreng. Gelas air minum sulung dan bungsu yang tak sempat diletakkan ke dapur.