Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dua Lelaki dan Satu Perempuan

28 Juli 2018   01:17 Diperbarui: 28 Juli 2018   01:34 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gedung FKUI I Foto: OtnasusidE

Muka pasien yang tadinya pucat menjadi agak sedikit memerah. Mereka seperti mendapat perhatian dan juga suntikan semangat untuk sembuh.

Sesampai di rumah, sulung bertanya kenapa emak bertanya mengenai kondisi pasien yang ada di selasar?

Si emak pun bercerita bagaimana dirinya dan teman-temannya di daerah terpencil dulu menyuntikan semangat untuk sembuh dengan obat-obatan yang sangat minimal pada warga yang berobat. Orang yang sakit banyak tetapi obatnya sedikit.

Belum lagi fasilitas dan alat pendukung yang minim. Bagaimana harus membawa vaksin dan menyimpannya agar tidak rusak karena di dusun tidak ada aliran listrik sehingga vaksin di simpan di kulkas dengan tenaga minyak tanah. Kulkas ini harus dirawat dengan baik agar tetap berfungsi.

"Bapakmu itu dulu. Waktu masih pacaran sering sakit maag. Kalau kambuh, emak ini harus ngebut nyetir ambulans untuk menjemputnya. Baru sedetik ketemu emak langsung sembuh," ujarnya sambil tertawa. Dan tawa anak-anak juga pecah sambil bertepuk tangan.

"Lebay," kataku sambil menambah sayur asam dan sambal tempe kering.

Perhatian itu penting. Dengan perhatian maka orang merasa dihargai, diperhatikan, dibutuhkan dan kalau sudah demikian akan ada semangat untuk terus hidup. Itu sudah satu obat yang menguatkan obat-obatan yang memang diberikan pada mereka.

"Emak juga mengucapkan terimakasih  loh  pada kalian bujang berdua dan satu gadis yang membuat emak semangat untuk belajar. Kalian bangun pagi. Mandi sendiri. Makan tidak cerewet. Belajar sendiri dan mengerjakan tugas sekolah dengan baik. Bantu-bantu urusan rumah. Itu sudah sangat membantu emak belajar".

Dan sudah bisa ditebak,  tuh  dua bocah langsung memeluk dari sisi kanan dan kiri. Si gadis pun nimbrung di tengah. Bapaknya cuma cemburu.

Jumat malam Sabtu, emaknya anak-anak sambil duduk di meja kecil sedang memperbaiki tugasnya. Si sulung tertidur di pahanya. Si tengah yang kelelahan membantu menyusun kertas-kertas yang sudah tak terpakai tertidur di tumpukan kertas. Buku-buku dan jurnal berantakan. Si bungsu memilih tidur di dekat dinding.

Berantakan. Jelas. Kamar sempit itu penuh dengan barang. Ada juga piring bekas pisang goreng. Gelas air minum sulung dan bungsu yang tak sempat diletakkan ke dapur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun