Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Para Pemain Telur

16 Juli 2018   10:30 Diperbarui: 16 Juli 2018   10:36 1088
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ujaran itu sepertinya ditujukan padaku. Dan ketika aku berbalik ke belakang, si pedagang tersenyum. Aku yang mengenakan celana pendek merah, berkaos putih dan bersepatu kets tersenyum. "Kapan-kapan kita senam bareng," tambah si pedagang. Aku tersenyum dan membalas dengan mengacungkan ibu jari.

Para pemain telur alias yang setiap hari berkutatan dengan telur untuk membuat bakso, kue dan juga panganan lain, aku yakin dalam hati mereka meminta agar telur kembali normal. Atau paling rasional setelah nggak kuat lagi ya menaikkan sedikit harga jual. Hukum ekonomi pasti berjalan.

Ada semangat dalam jiwa orang-orang yang aku temui. Semangat positif. Semangat untuk terus berkarya.

Sebaliknya ada juga orang yang dengan harga telur yang naik malah bersemangat negatif. Mengeluhnya lebih banyak dibandingkan usahanya.

Aku bukan motivator tetapi aku percaya dengan usaha. Y seorang teman yang pendidikannya hanya SMP, berbadan tegap selalu mau menolong orang yang meminta tolong padanya. Pada akhirnya ketika ada pembagian rezeki sang bos yang melihat semangat Y memberikan bonus yang banyak dibandingkan rekannya yang lain yang hanya bekerja sesuai porsinya saja.

Lalu apa hubungannya dengan telur. Aku berkeyakinan pedagang bakso akan inovatif kalau harga telur mencapai Rp 50 ribu sekilo. Begitupun dengan para pedagang sarapan pagi di Jalan Gunung akan berinovasi agar mereka dapat terus berdagang dan mengais rezeki yang halal.

Pagi ini aku sarapan bubur ayam di Simpang Tiga Pasar. Aku dan temanku masih ditawari oleh pedagang bubur, "pake telor nggak Pak". "Pake," jawabku.

Sesuai dengan wejangan kaki kupu-kupu yang sering bermain telur, aku dilarang makan alias harus mengurangi makan kuning telur. Semoga dengan kenaikan telur ini, eh salah kenaikan harga telur akan membuat semua pemain telur untuk kreatif menelurkan inovasi produk yang dapat diterima pasar.

Salam dari Punggung Bukit Barisan Sumatra

Salam Kompal

img-20180707-wa0031-5b4c0fca16835f01e06da132.jpg
img-20180707-wa0031-5b4c0fca16835f01e06da132.jpg

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun