Bulan Agustus merupakan puncak kemarau. Bulan Agustus pula Asian Games 2018 dimulai, tepatnya 18-08-2018 di Jakarta dan Palembang. Seperti kebiasaan beberapa tahun lalu, kebakaran lahan mencapai puncaknya di bulan Agustus. Asap yang muncul dari kebakaran lahan sangat mengganggu tidak hanya kesehatan tetapi juga pelaksanaan Asian Games 2018 di Palembang.
Ada 4 daerah rawan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yaitu Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Ogan Ilir (OI), Musi Banyuasin (Muba), dan Banyuasin.
Lahan gambut terluas berada di OKI, 60 persen lahan berada di daerah konsesi mitra pemasok APP Sinar Mas. APP Sinar Mas sendiri hingga 2018 sudah menginvestasikan lebih dari USD 100 juta untuk pencegahan dan penanggulangan Karhutla. Khusus untuk Asian Games, APP Sinar Mas menambah investasi USD 3,8 juta untuk persiapan dan selama Asian Games 2018.
GM Fire Management APP Sinar Mas, Sujica Lusaka mengungkapkan pihaknya bersiaga 24 jam penuh untuk menanggulangi kebakaran. "Kami akan langsung merespon secara cepat bila melihat titik api. Kami lebih senang untuk memadamkan api yang kecil daripada yang besar. Semakin cepat kami padamkan itu semakin baik," kata Sujica.
Dalam satu simulasi di OKI Pulp and Paper Sinar Mas, ketika api sudah terpantau maka akan ada tim pertama yang datang untuk mengidentifikasi dan melakukan pemadaman agar api tidak meluas. Laporan akan dilanjutkan ketika api ternyata tak bisa dikendalikan sehingga akan muncul tim dengan peralatan penyemprot air dan terakhir untuk mengendalikan lidah api dilakukan penyiraman dengan menggunakan helikopter.
"Kami pantang pulang sebelum padam," kata Mares Prabadi, Head Fire Operation Management Sinar Mas Forestry Region Palembang ketika memimpin simulasi pemadaman.
Kantong-kantong air yang dibuat oleh APP Sinar Mas membuat helikopter Puma cepat mengambil air 4000 liter untuk melakukan pemadaman dari udara. Ketepatan dan ketenangan serta koordinasi antara darat dan udara.
"Water bombing itu cepat tepat dan sangat membantu tim yang ada di darat," kata Mares.
Ada 3500 personel regu pemadam kebakaran, ada 16 menara api setinggi 32 meter dengan radius  pantau 10 km. Ditambah 25 pos pantau baru setinggi 12 meter untuk memantau area belukar bervegetasi padat.
Sekali lagi, semua itu adalah peralatan penunjang. Penunjang paling utama adalah manusianya. "Semua itu alat. Paling penting adalah manusia RPK dan juga manusia di sekitar lokasi daerah rawan Karhutla," kata Sujica.
Pendekatan sosial kepada masyarakat sudah dilakukan oleh APP Sinar Mas sejak tahun 2015. Budaya membuka lahan dengan membakar untuk bercocok tanam menjadi alternatif termurah bagi warga yang tinggal di lahan gambut. Dibandingkan dengan membuka lahan melalui sistem semprot untuk mematikan rumput dan tanaman liar di lahan pertanian mereka.
APP Sinar Mas melalui Program Desa Makmur Peduli Api (DMPA) memberdayakan masyarakat agar tidak melakukan pembakaran lahan. Berbagai solusi untuk meningkatkan kesejahtraan dilakukan agar masyarakat tidak lagi membuka lahan dengan membakar lahan.
Kita fokus dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar di sekitar kawasan konsesi melalui kegiatan berbasis kehutanan dan pertanian terpadu. Masyarakat diajak untuk bercocok tanam dan berternak dengan memanfaatkan lahan tanpa membakar lahan milik mereka," kata Zulhadi Azis, Head of Social and Security Sinar Mas Forestry Region Palembang.
Sampai April 2018 program DMPA di Sumatra Selatan sudah dialokasikan dana Rp4,39 miliar yang diimplementasikan di 28 desa dengan total 1.996 KK penerima manfaat program. Penyalurannya melalui koperasi yang dibentuk oleh masyarakat sendiri.
Tidak mudah memang untuk mengubah pola pikir dan budaya masyarakat yang sudah tertanam bertahun-tahun. Butuh waktu dan juga contoh.
 "Silahkan penerima manfaat untuk berbicara apa adanya, tidak perlu ditutupi. Justru dengan adanya kekurangberhasilan penerima manfaat kita carikan jalan keluarnya secara bersama-sama agar akhirnya bisa berhasil seperti penerima manfaat lainnya," kata Zulhadi.
Seorang petani yang menerima manfaat DMPA mengakui kalau dirinya kurang tekun dalam memelihara kambing. "Terus terang terkejut aku. Memelihara kambing di daerah pasang surut. Kami tahunya kambing itu dilepaskan untuk mencari makan. Ini kambing di kandang dan kita yang cari makan. Aku gagal tetapi teman aku berhasil," kata Jono.
Penerima manfaat ada yang berusaha bertanam padi, berkebun jagung, berkebun jeruk, pengolahan hasil laut. Semua berbicara apa adanya dan penuh canda dan tawa. Bahkan mereka ada yang polos menyampaikan kalau badan hokum koperasi mereka belum selesai dan sekarang sedang dalam pengurusan.
"Alhamdulillah terbantu dan bermanfaat karena memang ikannya banyak. Ke Palembang sudah masuk tapi tidak banyak karena jauh. Untuk masok ke pabrik sini (APP Sinar Mas) saja masih kurang. Kami sekarang sedang mengurus perizinan pendaftaran industri rumah tangga. Jadi kita bisa masuk ke mana-mana nantinya," kata Masra.
Satu Kompasianer, Mang Due yang dari awal tertarik dengan bandeng presto langsung memborongnya begitu usai dialog sehingga wartawan media cetak dan elektronik pun kehabisan.
Pendekatan pemberdayaan masyarakat lokal memang membutuhkan waktu, kerja keras dan daya tahan. Apabila pendekatan ini berhasil maka APP Sinar Mas akan menjadi model pemberdayaan masyarakat bagi masyarakat di lahan rawa hingga ke masyarakat pesisir untuk tidak membuka lahan dengan membakar.
Mimpi itu sudah dimulai dari sekarang. Semoga kerja keras semua departemen terkait di APP Sinar Mas untuk mendukung Asian Games 2018 No Fire No Haze terwujud berkat dukungan masyarakat seluruh masyarakat.
Salam Pemberdayaan
Salam Kompal
Salam Olahraga Asian Games 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H