Apa yang membuatmu jatuh cinta pada lelaki itu? Pertanyaan itu mendengung keras di kuping kiri dan kanan, perempuan yang kini duduk di teras sebuah cafe. Satu gelas kosong dan setengah botol Heineken tergeletak di mejanya.
Perempuan ini menatap kosong dari teras cafe lantai tiga yang menghadap jalanan. Kerlap-kerlip  light rapid transportation terlihat menghias gulita malam.
Tetiba gerimis. Seorang lelaki yang sejak dari tadi mengamatinya dengan sigap mengembangkan payung meja. Usai mengembangkan si lelaki menanyakan apakah akan masuk ke dalam dan meja akan disiapkan atau akan tetap di sini.
"Biarlah aku tetap di sini," jawab si perempuan.
Perempuan ini sudah tiga jumat berada di bar ini. Selalu memilih meja pojok kanan, teras lantai tiga. Bila ada tamu yang terlebih dulu, dirinya rela menunggu sampai tamu bar tersebut menutup meja.
Tidak ada yang menonjol dari perempuan paruh baya ini. Hanya terlihat tato hati di bahunya yang selalu memakai baju backless.
Perempuan ini memilih untuk menghirup birnya perlahan. Rerintik air yang menerpa payung meja dinikmatinya.
Kenangan dari suaminya yang dulu pernah menerimanya apa adanya berpendar. Sang suami memilih untuk meninggalkannya dengan baik-baik. Dua bulan lalu dirinya terkejut ketika sang suami menuntut cerai. Alasannya karena tidak memiliki anak.
Alasan itu disampaikan di pengadilan. Perempuan itupun tak bisa berkata-kata dan hanya mengiakan ketika hakim menunjukkan surat-surat dari dokter dan juga kemungkinannya untuk punya anak dari rahimnya sendiri sangat sangat sangat kecil.
Sang suami sebenarnya sudah tahu ketika dirinya dulu dilamar untuk menikah. Dirinya sudah menceritakan hal terburuk yang pernah dilakukan dan juga dirinya juga tahu kalau dirinya memiliki rahim yang terbalik, retofleksi. Selain itu sel telurnya juga salah satunya tidak berfungsi sedangkan sel telur lainnya kurang baik.
Dirinya yang kuliah di kedokteran mengetahui persis apa-apa yang akan terjadi pada dirinya. Tahapan-tahapan kemungkinan dari tubuh sendiri.