Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pertanyaan Si Kumal

16 Maret 2018   15:13 Diperbarui: 16 Maret 2018   21:01 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah menjadi dokter spesialis pun dirinya memilih untuk tidak menikah. Akhirnya dirinya jatuh ke pelukan lelaki yang kemudian menjadi suaminya karena sang suami mengaku menerima apa adanya.

Seiring waktu ternyata sang suami tak kuat menghadapi tekanan keluarga dan sosial yang akhirnya memilih untuk menceraikannya.

Satu hal yang membuatnya  sakit  adalah ketika suami membeberkan kelemahan dirinya di hadapan hakim. Padahal hal itu sudah berusaha untuk dikubur dalam-dalam. Kuburan jiwa itupun dibongkar lagi. Dan itu sangat menyakitkannya.

Sudah tiga jumat dirinya menikmati bir dan kacang serta tiramisu di meja kanan teras lantai tiga. Dirinya berharap bertemu lelaki yang dulu pernah berkata untuk mengajukan pertanyaan dalam hati mengenai apa yang membuatnya jatuh cinta pada lelaki dan apa yang kulihat setelah lelaki itu menjadi suami.

Lelaki itu kumal. Dirinya tak sengaja bertemu di meja kanan lantai tiga itu ketika dulu sekali seusai kesal karena thesisnya selalu salah di mata dosen pembimbingnya, memilih untuk mencari udara malam. Seluruh meja penuh dan lelaki itu menawarkan untuk duduk semeja dan lelaki kumal itu malah berdiri dan mengangsurkan kursi agar dirinya duduk.

"Silahkan. Bila anda tak berkenan untuk semeja dengan saya. Saya akan memilih untuk ke dalam," katanya.

Dengan kesopanan tersebut dirinya pun luluh. Ngobrol ke mana-mana dan nyambung.

Tiga kali kami bertemu dan di hari ketiga ketika tak sengaja mengungkapkan kekecewaan terhadap dosen pembimbingnya karena thesisnya selalu dinilai salah, si lelaki kumal tertawa.

"Kamu harus memahami dosen pembimbingmu. Kamu harus mengalah. Pendapatmu kau sampaikan dengan sopan. Selalu kerjakan apa yang diminta oleh dosenmu. Secepatnya! Jangan hari ini disuruh diperbaiki. Bulan depan baru datang lagi. Lupa dia. Sampaikan dan tuliskan dengan ringkas jangan berbelit-belit," terang si lelaki kumal.

Setelah itu diriku tak pernah ketemu lagi dengan si lelaki kumal. Apa yang disarankannya dilaksanakan dengan perjuangan yang sangat keras. Mengalahkan diri sendiri untuk memahami dosen pembimbing dan juga menunjukkan minatku pada penelitian mengenai nyamuk aedes aegypti.

Aneh. Diriku mampu menyelesaikannya dalam waktu dua bulan setelah ketemu dengan si kumal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun