Suara mesin ketik merek Brother terdengar nyaring. Cetak.. cetek.. cetak.. Â dan kemudian srrreeet.. untuk mengganti spasi baris baru. Suara itu berasal dari ruangan sempit di pojokan Lembaga Bahasa. Ruang tabloid kampus.
Lamat-lamat lagu dari radio di sekretariat, membawa bayangan aku dan Prameshwari berjalan di Air Rengit. Terik mentari, suara serangga. Pohon karet menggugurkan dedaunannya di musim kemarau.
Oh dara....
Kau pikat hati yang tak mengerti
Apa arti senyum disela-sela tarianmu
Namun sikap wajarku telah hilang
Ditepis gairah cinta yang begitu dalam...
Aaah... sepertinya aku sudah kehilangan kewarasanku
***
Perutku hangat terisi 2 telur setengah matang dan setangkup roti abon, kuteguk tetesan teh terakhir dari sarapan yang disiapkan Prameshwari.
"Aku pernah membaca tulisanmu di tabloid kampus yang ditempelkan di mading fakultas. Bagus. Aku suka."