Dizaman dunia persilatan dulu ada satu cerita ketika satu pendekar akan mendatangi perguruan lain untuk berlatih tanding. Maksud latih tanding ini tak lain adalah untuk mengukur ilmu atau kepiawaian sang pendekar. Tanpa ada latih tanding ke perguruan lain maka si pendekar tidak bisa mengukur sampai di manakah dirinya dalam berlatih?
Olahragawan pun sama. Berlatih berlatih dan berlatih setelah itu ya bertanding. Tanpa pertandingan mental dan juga pengalaman olahragawan tak akan terasah. Pelajaran terpenting dalam setiap pertandingan adalah menghormati lawan dan mengakui kemenangan ataupun kekalahan.
Tenis yang menjadi salah cabang olahraga favorit di Lahat dan Kejurnas Piala Bupati Lahat merupakan salah satu tolak ukurnya. Pada gelaran ke VI ini kualitas dari peserta semakin meningkat. Pertandingan dioperatori oleh CBR Super Cirkuit.
Salah satu ukurannya adalah petenis-petenis baik putra maupun putri nasional berperingkat 10 besar nasional bermain di Kejurnas Piala Bupati Lahat yang digelar 20-25 Mei ini. Mereka memberikan pelajaran paling penting bagi petenis dari Provinsi Bengkulu, Lampung, Jambi, dan Sumatra Selatan sendiri.
Petenis putra senior yang datang adalah Arief Rahman (Kalimantan Timur) peringkat 4 nasional, Tio Juliandi Hutauruk (Jawa Barat) peringkat 5, Iqbal Bilal Saputra (Kalimantan Timur) peringkat 7, Panji Untung (Nusa Tenggara Barat) peringkat 8, Indra Adiguna Utama (DKI Jakarta) peringkat 16.
Petenis putri walau masih berumur di kisaran 16 tahun tetapi sudah menaikkan diri ke senior adalah Oxi Gravitasi Putri (DKI Jakarta) peringkat 3 nasional, Fitriani Sabatini peringkat 7, Fitriani Sabrina peringkat 12.
Kehadiran para petenis yang sebenarnya juga ramah-ramah di luar lapangan ini menjadi ukuran kualitas kejuaraan dan juga menjadi tolok ukur untuk menambah pengalaman dan jam terbang serta belajar. Petenis nasional ini tidak ramah hanya kalau di lapangan tenis. Mereka memang menunjukkan kelas.
Pertandingan antara Robikum dari Lahat yang memiliki bola keras dan potongan yang lumayan di Lahat ternyata harus kehabisan nafas dan mengakui keunggulan Iqbal Bilal Saputra. Bahkan penonton pada pertandingan ini memuncul istilah bola berlari dan bersayap.
Robikum yang memiliki servis keras malah dikembalikan oleh Iqbal lebih keras lagi. Bola potongan Robikum dibalas oleh Iqbal dengan lebih tipis dan keras. Bola seperti memiliki kaki berlari ketika akan dipukul.
Demikian pula ketika Iqbal yang juga memiliki servis yang lebih keras dari Robikum. Bolanya tidak bisa dipukul, bersayap, terbang. Dalam bahasa pukulan tenisnya ace.
Salam Olahraga. Salam Kompal. Salam Kompasiana...
Lets check it dot, aksi mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H