Pesan masuk ke WA. “Kakak diaturi ke dusun. Kami motong kerbau. Kerbaunyo la gantung sudah dikuliti. Kalau nak ngambek kulitnyo boleh. Sudah kusampaike dengan Pak Lurah, kalau kakak pengen minta kulit kerbau untuk beduk musholla. Katonyo embek bae.”
Pesanpun ku jawab. “Daging kerbau kan keras dan agak lamo masaknyo. Aku ambil gambar dulu yo. Gek aku usahake ke dusun. Terimokaseh undangannyo.”
“Oke Kak. Makan siang, ditunggu yo. Kami la carike ubi kayu jugo untuk direbus terus digoreng. Kerupuk sudah beli. Tempe dan tahu dak ketinggalan. Full lengkap. Itu kesukaan Kakak galo.”
Celeguk. WA teman ini memang bikin ngiler. Ha ha ha. Yup. Teman-teman dekat sudah tahu kalau Kompasianer dusun satu ini kalau makan memang seleranya sederhana. Ha ha ha. Bahkan kami pernah makan cuma dengan tempe goreng, kecap plus cabe dan daun kemangi. Paling penting adalah guyub. Silaturahim.
Kerjakupun sudah sedikit kehilangan konsentrasi. Daging kerbau dimasak rendang, dengan kayu yang asapnya ngebul. Sensasinya. Heemmmm. Kerupuk dan tempe, tahu goreng membuat keriuk plus sensasi yang menerbangkan jiwa.
Bayangan ubi rebus goreng. Ahhhh. Kurang ajar sekali teman ini menggoyang iman. Biasanya ada teh manis jambu dingin. Hikkk
Pukul 13.10 motor pun dipacu ke Sari Bunga Mas. Heemmm. Beberapa teman sudah makan. Tetapi ada juga yang belum makan.
Si teman pun menyambut dengan hangat. Yuk makan bareng. Senyum khasnya lepas. Bussseeettttt.
Setelah ngambil piring dan sedikit nasi. Ada satu mangkok yang ditutupi daun pisang. Ada tempe, tahu dan kerupuk jelas. Ada satu baskom yang ditutupi daun pisang yang terlihat uap menembusnya.
Si teman yang menemani lalu membuka daun pisang yang menutupi baskom. “Ini kerbau gantungnya,” ujarnya. Terbelalaklah mataku. Semua orang pun tertawa. Begitupun dengan ibu-ibu yang ada di sekitar yang terlihat sedang sibuk memasak.
Sayur nangka. Ha ha ha ha. Kerbau gantung adalah sayur nangka. Ah ada-ada saja. Kecewa tidak juga. Justru dapat ilmu baru. Wak wak wak. Makan pun lahap dengan kerbau gantung, tempe, tahu, keriuk. Kami pun makan dengan guyub.
“Itu hanya istilah yang membuat sayur nangka menjadi serasa rendang,” kata si teman. Ibu-ibu yang lain yang juga sibuk memasak pun menimpali. “Rasanya kalau dimasak dengan tepat dan dibumbui dengan pas, rasanya juga jos,” kata si ibu.
Demikianlah siang hingga sore kami pun berkumpul. Bercerita mengenai apa saja mulai dari semangat 17-an, pelayanan publik hingga ke sapi eh kerbau gantung. Ubi kayu rebus yang digoreng dan diberi sedikit bumbu menjadikannya serasa donat terkenal. Ubi kayu pun sangat gurih. Es teh manis jambu juga menemani hingga tak terasa, rasa guyub itu harus bubar karena hari sudah menjelang sore.
Tulisan ini untuk mengenang dua teman. Teman Ren yang kini sedang menjalankan giat alih daya dan tugas belajar di Padang Selasa dan teman Bud yang kini duduk di staf administrasi mengendalikan organisasi agar dapat memberikan pelayanan yang lebih baik lagi pada masyarakat. Selamat bertugas teman-teman sukses selalu.
Lets check it dot, sensasi kerbau gantung.
Salam Kompasiana
Salam KOMPAL
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H