Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Sensasi Kerbau Gantung

4 September 2016   07:38 Diperbarui: 4 September 2016   08:24 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nangka muda yang sudah dikupas dan dipotong-potong

Pesan masuk ke WA. “Kakak diaturi ke dusun. Kami motong kerbau. Kerbaunyo la gantung sudah dikuliti. Kalau  nak  ngambek  kulitnyo  boleh. Sudah  kusampaike  dengan Pak Lurah, kalau kakak  pengen minta kulit kerbau untuk beduk musholla.  Katonyo  embek  bae.”

Pesanpun ku jawab. “Daging kerbau  kan  keras dan agak  lamo  masaknyo.  Aku ambil gambar dulu  yo. Gek  aku  usahake  ke dusun. Terimokaseh  undangannyo.”

“Oke Kak.  Makan siang, ditunggu yo.  Kami  la  carike  ubi kayu  jugo  untuk direbus terus digoreng. Kerupuk sudah beli. Tempe dan tahu dak ketinggalan.  Full  lengkap. Itu kesukaan Kakak  galo.”

Celeguk. WA teman ini memang bikin  ngiler. Ha ha ha.  Yup.  Teman-teman dekat sudah tahu kalau Kompasianer dusun satu ini kalau makan memang seleranya sederhana. Ha ha ha. Bahkan kami pernah makan cuma dengan tempe goreng, kecap plus cabe dan daun kemangi. Paling penting adalah guyub. Silaturahim.

Kerjakupun sudah sedikit kehilangan konsentrasi. Daging kerbau dimasak rendang, dengan kayu yang asapnya ngebul. Sensasinya.  Heemmmm.  Kerupuk dan tempe, tahu goreng membuat keriuk plus sensasi yang menerbangkan jiwa.

Bayangan ubi rebus goreng.  Ahhhh. Kurang ajar sekali teman ini menggoyang iman. Biasanya ada teh manis jambu dingin.  Hikkk

Pukul 13.10 motor pun dipacu ke Sari Bunga Mas. Heemmm. Beberapa teman sudah makan. Tetapi ada juga yang belum makan.

Si teman pun menyambut dengan hangat. Yuk makan bareng. Senyum khasnya lepas. Bussseeettttt.

Setelah ngambil piring dan sedikit nasi. Ada satu mangkok yang ditutupi daun pisang. Ada tempe, tahu dan kerupuk jelas. Ada satu baskom yang ditutupi daun pisang yang terlihat uap menembusnya.

Si teman  yang menemani lalu membuka daun pisang yang menutupi baskom. “Ini kerbau gantungnya,” ujarnya. Terbelalaklah mataku. Semua orang pun tertawa. Begitupun dengan ibu-ibu yang ada di sekitar yang terlihat sedang sibuk memasak.

Sayur nangka. Ha ha ha ha. Kerbau gantung adalah sayur nangka. Ah ada-ada saja. Kecewa tidak juga. Justru dapat ilmu baru. Wak wak wak. Makan pun lahap dengan kerbau gantung, tempe, tahu, keriuk. Kami pun makan dengan guyub.

“Itu hanya istilah yang membuat sayur nangka menjadi serasa rendang,” kata si teman. Ibu-ibu yang lain yang juga sibuk memasak pun menimpali.  “Rasanya kalau dimasak dengan tepat dan dibumbui dengan pas, rasanya juga  jos,” kata si ibu.

Demikianlah siang hingga sore kami pun berkumpul. Bercerita mengenai apa saja mulai dari semangat 17-an, pelayanan publik hingga ke sapi eh kerbau gantung. Ubi kayu rebus yang digoreng dan diberi sedikit bumbu menjadikannya serasa donat terkenal. Ubi kayu pun sangat gurih.  Es teh manis jambu juga menemani hingga tak terasa, rasa guyub itu harus bubar karena hari sudah menjelang sore.

Tulisan ini untuk mengenang dua teman. Teman Ren yang kini sedang menjalankan giat alih daya dan tugas belajar di Padang Selasa dan teman Bud yang kini duduk di staf administrasi mengendalikan organisasi agar dapat memberikan pelayanan yang lebih baik lagi pada masyarakat. Selamat bertugas teman-teman sukses selalu.

Lets  check  it  dot,  sensasi kerbau gantung.

Nangka muda yang sudah dikupas dan dipotong-potong
Nangka muda yang sudah dikupas dan dipotong-potong
Silahkan kerbau gantungnya
Silahkan kerbau gantungnya
Salam dari Puncak Punggung Bukit Barisan Sumatra Lahat, Sumatra Selatan

Salam Kompasiana

Salam KOMPAL

kompal-logo-57cb6b6204b0bd334b28c5aa.jpg
kompal-logo-57cb6b6204b0bd334b28c5aa.jpg
Semua foto dokumentasi OtnasusidE. Logo KOMPAL milik Admin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun