Zaman dulu bila mendengarkan radio untuk membesarkan volume suara biasanya dengan diputar. Putaran ke kanan suara membesar sedangkan putaran ke kiri suara mengecil.
Seiring dengan kemajuan zaman, radio pun sudah ditambahi dengan pemutar kaset. Namanya pun menjadi radio kaset. Di radio kaset ini, pada beberapa merek yang sudah ditambahi dengan equalizer, pembesar volume suara biasanya sudah “main” turun naik. Menaikkan volume suara, tombol tinggal ditarik ke atas dan mengecilkannya, tombol diturunkan ke bawah.
Perkembangan teknologi audio terus berlanjut. Ada piringan hitam, terus ke compact disc alias CD, naik kualitas ke digital video disc (DVD), naik lagi ke HD DVD terus terakhir menjadi blu-ray. Di Indonesia yang berkembang adalah CD dan DVD, HD DVD dan blu-ray sepertinya tidak berkembang di Indonesia.
Terakhir yang bikin heboh adalah MP3 yang sampai sekarang masih terus bertahan. Dilanjutkan dengan MP4 yang lebih penuh warna dan bening suaranya. Ada pula AAC, WAV dan WMA dan sebagainya.
Kembali ke cara membesarkan volume suaranya juga berkembang sedikit. Awalnya dari putar ke kanan dan menaikkan kemudian berubah menjadi dengan cara menekan-nekan hingga mendapatkan volume suara yang pas.
Telepon pintar yang sekarang banyak beredar pun menambah perubahan cara membesarkan volume suara. Telepon pintar yang touchscreen biasanya membesarkan volume dengan menggeser kanan.
Dari semua cara itu. Barangkali ada cara tradisional yang sangat ampuh untuk membesarkan volume suara.
Suara anak Paskibraka terkadang melemah dan kurang serempak. Pelatih tinggal berteriak, “mana suaranya!” Maka 36 Paskibraka Lahat itupun langsung meningkatkan volume suaranya dan konsentrasi menyerempakkan, mengatur suaranya.
Inilah teknologi baru meningkatkan suara yang ampuh. Dijamin suara teriakan pelatih akan membuat Paskibraka otomatis meningkatkan volume suaranya. Ialah daripada menghukum diri sendiri lebih baik berusaha sebaik-baiknya dalam bernyanyi meningkatkan semangat diri.Let
Lets check it dot, teknologi teriakan.