Perjalanan kami menerobos perkebunan kopi di kawasan Tanjung Sakti, Kabupaten Lahat Provinsi Sumatra Selatan membuatku terperangah. Tidak mudah menjelajah kebun kopi. Memang ada warga yang berkebun di pinggiran desa, tetapi kebanyakan warga berkebun sejauh 3 sampai 4 km jauh meninggalkan desa mereka. Bahkan ada juga yang sudah masuk ke desa lain, kecamatan lain.
Perjalananku di Tanjung Sakti PUMI diajak oleh seorang teman untuk melihat kebunnya. Kami pun naik motor ke pinggiran desa. Di daerah yang menanjak dan berlumpur.
Naik motor yang rodanya berantai. Kaki sang teman tak pernah lama di pedal. Sepertinya lebih banyak mengangkang dan menahan kiri atau kanan ketika motor selip ataupun melintasi aliran air di tengah jalan bertanah dan becek. Woooo sungguh perjalanan yang sangat menakjubkan di Punggung Bukit Barisan Sumatra. Deg-degan takut jatuh, jelas.
Kami bertemu dengan ibu-ibu yang lincah menggendong kinjar di bagian punggungnya. Mereka berjalan kaki. Naik turun bukit melintasi pohon yang roboh seakan tak merasa membawa kinjar. Setelah bertegur sapa akhirnya terlihat kalau di dalam kinjarnya ada biji kopi yang baru dipetik. Ada peralatan memasak. “Nak balik dusun dulu. La lamo dikebun,” ujar Warsi salah seorang dari mereka.
Dari penuturan Warsi, belum semua kopi siap panen. “Belum. Baru dikit. Masih mudo. Lum pacak dipetik,” jelasnya. Rombongan itu pun berjalan dengan cepat.
Aku yang melihat mereka dan kemudian menghilang di rerimbunan pohon pun kagum. Ah, perempuan selalu ada di mana-mana. Perempuan selalu bekerja dalam senyap dan tak pernah terlihat. Perempuan sebenarnya memiliki porsi yang cukup besar untuk urusan kopi.
Wadaauuwww. Padahal aku tadi sudah melewati sekitar 4 bukit dan jawabannya sama, tinggal melintasi bukit itu dan sampai. Heemmmm. Artinya ibu-ibu yang barusan lewat sangat perkasa karena mereka tak mengeluh seperti diriku yang tinggal duduk di belakang motor dan cuma menahan irama jantung supaya tidak copot.
Akh. Akhirnya aku teringat dengan Bupati Lahat, Saifudin Aswari Riva’i tahun 2014 lalu yang menjelajahi sebagian Sumatra Selatan dengan tajuk International Indonesian Offroad Expedition (IIOX) Lahat-Monas (LAMO) 2014. “Kita akan sampai di balik bukit itu. Sudah itu ada bukit lagi. Ada bukit lagi. Dan lagi, lagi,” katanya pada peserta dari Indonesia dan manca negara. Pernyataannya itu pun disambut tepuk tangan dan tawa offroader. Aku yang waktu itu ikut pun cuma bisa bilang, “wowww” sambil ngurut kaki yang digigit pacet.