Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Wangi Kopi itu Mengingatkanku...

16 Juli 2016   11:31 Diperbarui: 16 Juli 2016   11:42 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu-ibu memanggul kinjar di punggungnya

Perjalanan kami menerobos perkebunan kopi di kawasan Tanjung Sakti, Kabupaten Lahat Provinsi Sumatra Selatan membuatku terperangah. Tidak mudah menjelajah kebun kopi. Memang ada warga yang berkebun di pinggiran desa, tetapi kebanyakan warga berkebun sejauh 3 sampai 4 km jauh meninggalkan desa mereka. Bahkan ada juga yang sudah masuk ke desa lain, kecamatan lain.

Perjalananku di Tanjung Sakti PUMI diajak oleh seorang teman untuk melihat kebunnya. Kami pun naik motor ke pinggiran desa. Di daerah yang menanjak dan berlumpur. 

Naik motor yang rodanya berantai. Kaki sang teman tak pernah lama di pedal. Sepertinya lebih banyak mengangkang dan menahan kiri atau kanan ketika motor selip ataupun melintasi aliran air di tengah jalan bertanah dan becek. Woooo sungguh perjalanan yang sangat menakjubkan di Punggung Bukit Barisan Sumatra. Deg-degan takut jatuh, jelas.

Gas tarik mang. Cangkul dah tu tanah
Gas tarik mang. Cangkul dah tu tanah
Perhatikan rantai pada ban belakangnya dan gear belakang yang besar
Perhatikan rantai pada ban belakangnya dan gear belakang yang besar
Bau kayu yang membusuk. Sinar mentari yang tertahan oleh rerimbunan pohon. Semburat cahaya menerobos membuat suasana pun menjadi semakin magis. Lembabnya udara. Hanya satu dua warga yang berpapasan. Heeemm.

Kami bertemu dengan ibu-ibu yang lincah menggendong kinjar di bagian punggungnya. Mereka berjalan kaki. Naik turun bukit melintasi pohon yang roboh seakan tak merasa membawa kinjar. Setelah bertegur sapa akhirnya terlihat kalau di dalam kinjarnya ada biji kopi yang baru dipetik. Ada peralatan memasak.  “Nak  balik dusun dulu.  La  lamo  dikebun,” ujar Warsi salah seorang dari mereka.

Dari penuturan Warsi, belum semua kopi siap panen. “Belum. Baru  dikit.  Masih  mudo.  Lum  pacak  dipetik,” jelasnya. Rombongan itu pun berjalan dengan cepat.

Aku yang melihat mereka dan kemudian menghilang di rerimbunan pohon pun kagum.  Ah,  perempuan selalu ada di mana-mana. Perempuan selalu bekerja dalam senyap dan tak pernah terlihat. Perempuan sebenarnya memiliki porsi yang cukup besar untuk urusan kopi.

Ibu-ibu memanggul kinjar di punggungnya
Ibu-ibu memanggul kinjar di punggungnya
Aku bertanya pada teman. “Apakah masih jauh?” Dijawab sang teman, “tinggal dibalik bukit itu lagi,” kata sang teman.

Wadaauuwww. Padahal aku tadi sudah melewati sekitar 4 bukit dan jawabannya sama, tinggal melintasi bukit itu dan sampai. Heemmmm. Artinya ibu-ibu yang barusan lewat sangat perkasa karena mereka tak mengeluh seperti diriku yang tinggal duduk di belakang motor dan cuma menahan irama jantung supaya tidak  copot.

Akh.  Akhirnya aku teringat dengan Bupati Lahat, Saifudin Aswari Riva’i tahun 2014 lalu yang menjelajahi sebagian Sumatra Selatan dengan tajuk  International  Indonesian  Offroad  Expedition (IIOX) Lahat-Monas (LAMO) 2014.  “Kita akan sampai di balik bukit itu. Sudah itu ada bukit lagi. Ada bukit lagi. Dan lagi, lagi,” katanya pada peserta dari Indonesia dan manca negara. Pernyataannya itu pun disambut tepuk tangan dan tawa offroader. Aku yang waktu itu ikut pun cuma bisa bilang, “wowww” sambil ngurut kaki yang digigit pacet.

Wari sewaktu IIOX Lamo 2014 diikuti oleh anak-anak Merapi Selatan kemanapun dia bergerak. Ngetop tak hanya di kalangan dewasa tetapi juga anak-anak
Wari sewaktu IIOX Lamo 2014 diikuti oleh anak-anak Merapi Selatan kemanapun dia bergerak. Ngetop tak hanya di kalangan dewasa tetapi juga anak-anak
Kakiku yang waktu itu disedot darahnya oleh pacet
Kakiku yang waktu itu disedot darahnya oleh pacet
Kami terus menggeber motor untuk sampai ke kebun kopi dan akhirnya sampai. Ahhhh. Segarnya. Aku menghirup dalam-dalam sehingga oksigen di paru-paru ku penuh. Kuhembuskan. Aku bersyukur masih bisa menikmati keindahan alam ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun