Lebar dalam bahasa Jawa artinya sudah selesai atau ada juga yang menyebutnya dengan jembar yang artinya lebar. Dalam bahasa Palembang, lebar memiliki konotasi habis terkadang juga sudah selesai. Misalkan ada musibah kebakaran, maka kata lebar yang dipakai, adalah “lebar galo” yang memiliki arti sudah habis semua.
Dalam konteks menjelang akhir Ramadhan ini, tanggal 1 Syawal 1437 H ada yang menyebutnya dengan Idhul Fitri tetapi ada juga dalam kehidupan sehari-hari menyebutnya dengan lebaran. Bahkan ada lagunya lo, “selamat hari lebaran, minal aidin wal fa idzin …”.
Entah aku juga dari dulu belum mendapatkan jawaban yang memuaskan. Kalau mendekati lebaran maka toko-toko akan ramai. Bahkan aku dulu waktu masih kecil, oleh almarhum bapakku, selalu dibawa ke Pasar Cinde untuk dibuatkan baju dan celana baru. Bapak lalu mengecat rumah dan juga pagar. Emak membuat kue, kalau ada bingkisan dari kantor ya diterima kalau tidak ya lebarannya ya biasa saja. Sederhana. Sholat Idhul Fitri di musholla dan kemudian jalan bareng mengunjungi kawan-kawan sekampung untuk bersilaturahim dan saling bermaaf-maafan.
Pada pola seperti ini, jelas permintaan akan meningkat drastis sedangkan penawaran walau sudah ditingkatkan stoknya masih juga kurang dan harga akan naik. Ini hukum sederhana di ekonomi. Telur, gula, mentega, terigu. Heeemmm silahkan dicek di pasar. Daging, orang sudah ribut sejak sebelum lebaran harganya josss gandozzz melunjak.
Ada yang aneh, sebelum merayakan Idhul Fitri kita yang menjalankan puasa sebulan penuh, diperintahkan untuk membayar zakat fitra. Kadang ada juga yang juga menambahkan dengan zakat harta. Bahkan ada lagi yang menambah dengan sedekah.
Artinya, kita sebenarnya disuruh berbagi dengan orang miskin, fakir, orangtua, anak yatim piatu dan orang-orang lainnya yang membutuhkan bantuan secara ekonomi. Kita diminta untuk berbagi, mengurangi bukan menambah apalagi mengali untuk diri sendiri.
Bila pola biasa yang terjadi maka orang miskin, fakir, orangtua, anak yatim dan seterusnya yang membutuhkan bantuan ekonomi itu akan mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya. Mau beli telur, harganya sudah naik, mau beli daging jauh sekali, harga beras sendiri ada sedikit kenaikkan, mau beli gula untuk menambah rasa manis saja nggak kuat.
Jadi lebar dong bukan lebaran. Sebelum lebaran, lebar jadinya. Sehabis lebaran, lebar galo. Nah loh. Semuah habis-habisan jadinya. Mohon maaf tulisan ini hanya mencoba melihat lebaran dari perspektif yang berbeda.
Salam Kompasiana
Selamat Lebaran Mohon Maaf Lahir dan Batin
Salam KOMPAL
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H