Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Emak "Cak" Ahok

28 Juni 2016   11:42 Diperbarui: 28 Juni 2016   11:52 1152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber http://print.kompas.com/rubrik/r76/opini/artikel

Keluarga ExelZhod adalah keluarga yang sangat demokratis. Mereka semua serba terbuka. Saking terbukanya barangkali malah dinilai oleh orang lain Keluarga ExelZhod adalah keluarga yang tak sopan. Apalagi bapaknya yang gondrong dan suka pakai celana pendek ke mana-mana. Emaknya biasa saja, suka pakai celana jeans dan memakai kemeja warna biru berlengan panjang dengan ciri khas dibagian lengannya digulung hingga ke siku. Dua anak perempuannya yang sudah beranjak dewasa memiliki karakter yang berbeda, padahal hanya selisih setahun.

Zhod anak perempuan tertua, setiap pagi sekitar pukul 05.30 selalu menunggu harian Kompas yang selalu dilempar oleh pengantar koran ke halaman. Bluk suara khasnya dan suara motor matik di gas dua kali sebagai tanda koran Kompas sudah diantar. Zhod akan memilah-milah berita yang menarik menurutnya kemudian membaca cepat setelah itu diletakkannya di meja.

“Pak neh sudah neh,” teriaknya. Biasanya korannya akan langsung kusambut dan membaca di luar sambil menanti mentari pagi mengeluarkan semburat orange.

Si emak yang suka menyirami kembang di depan rumahnya biasanya juga akan langsung ngomong, “bantu Exel cuci piring bekas sahur. Kamu itu sudah gadis. Cak mano nian kagek kalo kawin. Cak adek nah jelang sahur tadi sudah masak air dan bantu-bantu emak sekarang la nyuci piring. Ini samo cak bapaknyo baco koran dulu. Baco koran kan biso kagek”.

Zhod biasanya pun ngeloyor masuk ke dalam rumah. Bantu-bantu dikit dan kemudian mandi atau kalau lagi hantu baiknya muncul akan menyapu lantai rumah.

Nah ini tak biasanya, Zhod malah mendekati emaknya. “Mak kalau puasa kan harus menahan nafsu. Nafsu apobe mak yang harus ditahan?” tanyanya. Si emak yang terkenal sabar tapi mulutnya nggak pernah sabar ini pun langsung nyerocos. “Menahan makan minum lah. Nahan marah. Jaga mulut. Jaga kuping. Pokoknyo belajar sabar. Dan setelah Ramadhan jadi lebih baik lagi imannya. Kalo  idak, artinyo puasonyo idak maju-maju dari tahun ke tahun,” jelas si emak.

Emaknya kalau ditanya soal agama paling sabar, dulu dia lulusan Bangau pagi di Palembang, demikian pula dengan dua anak gadisnya. Jadinya dia belajar agama secara otodidak dengan membeli berbagai macam literatur dan berpikir terbuka. Bapaknya hik agak sableng. Emaknya dapetsi bapak mahmusibah.

“Mak, kalau cak itu emak itu dak maju-maju puasonyo karena hampir setiap tahun yang diocehin dan dimarahi yo itu-itu bae. Bangun pagi. Masak air. Buat sarapan. Terakhir ado kato males nian kau ini,” kata Zhod.

Si emak yang emosi pun langsung menyiramkan air pada Zhod. Zhod yang sudah tahu jebakannya masuk langsung lari ke dalam rumah sambil ketawa ngakak. “Ya dak sabaran. Emak cak Ahok. Exel cepet mandinyo aku nak ke Erba hari ini.”

Aku yang duduk sambil baca koran Kompas Senin 27 Juni pun siap-siap menangkis serangan kalau-kalau kena sambaran. “Sabar-sabar” kataku. Dan mataku pun langsung tertarik menuju halaman 7 Kolom Opini “Pemimpin Pemarah” yang ditulis oleh Herry Tjahjono, terapis perusahaan.

Istriku yang sudah gemes pun sepertinya akan menyambarku. Tapi aku cuek saja. Masaktega. Dan betul tega. Bresss, air satu gayung melesat dan brrrerrrrr. Dari dalam terdengar suara Zhod, “mandilah Pak, anteri aku ke Erba. Aku stase di Erba. Panasilah motor dulu”. “Bapak kau sudah mandi di depan,” sambut Emaknya.

Zhod yang mandi cepat gembol pun sudah berdiri di depan pintu dengan tas punggung serta memegang jaket putihnya tertawa ngakak melihat aku agak basah kena air. “Cepet sano ganti kaos anter anak ke Erba,” perintahnya. Aku pun mencelat ganti kaos. Dan Zhod pun mencium tangan emaknya sambil berkata, “terimakasih mak. Kalau emak idak marah-marah Zhod dak akan jadi seperti ini. Zhod berangkat dulu yo.”

Exel yang juga sudah siap, menyusul keluar, “aku samo siapo ke Bukit.” “Kau yang deket samo om bae. Banguni om tu,” kata istriku sambil mencium jidat anak bungsunya. Bapaknya senyum bae sambil ngidupi motor buntutnyo.

Salam Kompasiana

Salam Fiksiana

Salam KOMPAL

kompal-logo-5771fe5a7497739a0999ca7d.jpg
kompal-logo-5771fe5a7497739a0999ca7d.jpg
Logo KOMPAL milik Admin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun