Tidak mudah menelurkan atlet. Percaya atau tidak silahkan tanya ke orangtua atlet. Persoalan yang dihadapi mulai dari dana, daya tahan orangtua dan anak serta semangat si orangtua dan anak itu sendiri pada cabang olahraga yang ditekuni. Belum lagi frekuensi pertandingan dan juga pelatih yang tepat yang dapat melatih teknik, emosi serta daya pikir si atlet.
Ini sekelumit cerita mengenai perjalanan kami mengikuti pertandingan Kejuaraan Nasional Remaja Piala Bupati Muba yang dioperatori oleh AFR awal Mei 2016. Mengikuti pertandingan tenis di wilayah Sumatera bukan perkara mudah. Butuh stamina, kesabaran, manajemen keuangan dan juga pertemanan serta doa.
Mulai dari rencana keberangkatan yang harus dari jauh hari direncanakan. Pencarian bantuan dana, mencari teman yang bisa dipinjami mobil, sampai berbicara kepada orangtua yang anaknya ingin ikut main tenis.
Ini salah satu untungnya Kabupaten Lahat, Bupatinya, H Saifudin Aswari Riva’I atau lebih beken dipanggil Kak Wari, hobi olahraga. Hobinya otomotif, tetapi secara umum juga mendukung seluruh cabang olahraga. “Saya tidak membeda-bedakan cabor (cabang olahraga). Kita dukung dan bantu sesuai dengan porsinya. Pengembangannya,” kata Wari.
Anak-anak ini memiliki karakter yang berbeda satu sama lain. Tujuannya, satu yaitu ikut kejuaraan tenis di Muba. Ternyata ketika kumpul, ampun dj. Karakter mereka muncul. Karakter lucu sebenarnya. Nah, artinya harus ada bapak instant untuk anak-anak ini agar karakter yang baik terpelihara dan karakter yang kurang baik menjadi hilang serta mereka mendapat tambahan karakter-karakter baik lainnya.
Beberapa contoh yang membuat tersenyum geli adalah, permintaan untuk pipis di perjalanan. Satu minta pipis di pinggir jalan tinggal cari pohon dan lepas hajat di balik pohon, satunya lagi harus di tempat yang ada airnya. Nah, akhirnya dengan sabar sampai dan dapatlah tempat yang ada airnya. Wak wak wak.
Belum lagi, soal ngemil. Aduh, ini juga kadang jadi persoalan, karena ada yang mudah lapar dan ada yang sabar. Yang mudah lapar bilang, “Om aku kalo laper dak biso mikir. Pengennyo nak makan tu lah?” kata salah seorang anak. Ya, dijawab, “sama”. Lah, sebagian besar jalan merupakan kebon karet dan hutan, di mana cari warung makan. Padahal dalam mobil banyak camilan loh. Ha ha ha ha.
Tidur, ada yang baru bisa tidur kalau ada guling. Tidak masalah, untungnya si anak berterus terang pada bapak-bapak instant, sehingga dicarikanlah guling. Kalau tak bisa tidur, kan besoknya gak bisa bertanding. Ngantuk.
Anak-anak, kalau sudah kepepet itu, biasanya akan mengaku. Padahal si anak ini, cukup berani loh. Kalau malam, dia suka cerita jae langkung lah dan cerita-cerita hantu Indonesia. Teman-temannya sendiri pun dibuat takut. Uppsss, ternyata eh ternyata si jago cerita hantu ini, untuk kencing malam hari saja, si anak minta tolong pada temannya untuk menemani di pintu kamar mandi. Nah, kamu ketahuan. Wak wak wak
Ada yang jahil. Kerjanya mengganggui temannya sendiri. Pokoknya selalu diganggui tuh teman. Mulai dari handuk, sepatu, kaos dan barang kecil lainnya. Bahkan menjelang tidur, si anak ini keluar kamar penginapan dan mendekati jendela dari luar sambal mengeluarka suara menyeramkan untuk menakuti. Semua anak pun lari kocar-kacir keluar kamar. Aduh biyung. Biyung. Anak-anak ini.
Dalam perjalanan ini, bapak-bapak instant ini menanamkan nilai agar yang lebih muda harus menghormati yang lebih tua. Yang lebih tua harus memimpin dan mengajari yang lebih muda. Tolong menolong serta bantu membantu sesama teman diharuskan.
Sportivitas dan kejujuran harus dijunjung tinggi. Bola keluar atau masuk tidak usah dipikirin yang paling penting main baik. Demikian satu petuah. “Pertandingan dan perjalanan ini akan kalian ingat sampai besar. Bahkan tua, percayalah,” kata H Nuki yang menjadi ketua rombongan.
Bapak instant untuk menjaga ketertiban anak-anak memilih seorang kapten, pemimpin yang bertanggungjawab terhadap anak buahnya mulai dari kamar, pakaian, barang-barang bawaan, sepatu hingga ke kamar mandi. Tokcer. Sang kapten yang diberi tanggungjawab pun berhasil memimpin.
Malam terakhir pertandingan, bapak instant berpesan pada sang kapten dan anak-anak lainnya untuk membereskan semua barang agar jangan sampai ketinggalan. Dimasukkan dalam tas dan keluarkan pakaian secukupnya untuk yang masih bertanding.
Pagi harinya bapak-bapak instant terharu. Anal-anak sudah mandi, barang milik pribadi yang semalam berantakan sudah rapi dimasukan dalam tas. Peralatan pertandingan bagi yang masih bertanding juga sudah disiapkan. Tidak sesempurna pada waktu mereka pergi, tetapi sudah cukup menunjukkan kalau mereka bertanggung jawab pada dirinya sendiri.
Jadi jangan pernah hanya melihat, petenis-petenis Lahat itu berambut rapi, tertib, semangat tandingnya tinggi di lapangan tenis dan bergaya, tetapi lihatlah polah tingkah mereka kalau di penginapan atau pada waktu kumpul makan. Bapak angkat pun harus voting dengan anak-anak dan menjaga pola makan agar fit waktu tanding. Pola tingkah lucu khas anak-anak yang bikin ketawa geli. Kalau dalam perspektif lain mungkin orang bilang nakal. Kalau kami bapak instant bilang lucu menggemaskan.
Berikut gaya rambut mereka ya. Hi hi hi hi.
Salam olahraga
Salam dari Punggung Bukit Barisan Lahat
Salam Kompal
Foto dokumen pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H