Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Virus Ahok Menyebar Keluar Jakarta

29 April 2016   07:08 Diperbarui: 29 April 2016   07:32 3709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua orang teman saya yang menjadi aparatur sipil negara (ASN) mendapat tugas luar daerah ke sebuah kementerian di kawasan Senayan Jakarta. Mereka berdua di Jakarta selama 4 hari. 

Selama di Jakarta teman ini sebut saja Lae Nua dan Bro Kris usai jam kerja keluyuran. Mereka menikmati betul suasana Jakarta. Hiruk pikuk, kendaraan berseliweran, baik pribadi maupun angkutan massal bus, maksudnya Trans Jakarta, dan KOPAJA serta angkot plus bajaj BBG, tak lupa diramaikan pula dengan angkutan berbasis aplikasi.

Upss. Jauh lah suasana keramaiannya dibandingkan kotanya yang juga kotaku yang berada di Punggung Bukit Barisan Sumatera. Di tempat kami lebih banyak lengangnya dibandingkan keramaiannya.

Di satu sore menjelang malam, Lae Nua dan Bro Kris, menemui teman-teman lamanya di sebuah pusat jajan. Ehhhhmmm ngobrollah mereka ke utara dan ke selatan, barat dan timur bahkan utara timur dan selatan barat. Pokoknya ngobrol.

Pada satu titik, Lae Nua membuka obrolan mengenai Gubernur DKI, Ahok. Ketika Lae Nua membuka obrolan tersebut, maka mulai terbelah lah teman-temannya. Bro Kris yang melihat perbelahan ini pun berusaha menjangkau kaki Lae Nua untuk jangan membicarakan mengenai Ahok. Apa daya, kaki Bro Kris tak sampai menjangkau kaki Lae Nua.

Akibatnya, Lae Nua, tanpa basa-basi meminta pendapat teman-temannya. Sang teman yang diganti oleh Ahok pun langsung bereaksi mengungkapkan kalau Ahok merupakan Gubernur yang baik, tetapi kupingnya tipis dan mulutnya mudah mencolot. "Cepat sekali meleduk. Dan biasanya korbannya yang ngeper duluan. Gubernur. Pasrah dihajar oleh kata-kata Ahok. Dan eksekusi pergantiannya pun cepat. Ya, contohnya gue ini. Tanpa sempat bela diri ya kena deh. Padahal salahnya dikit," ujar sang teman.

Teman yang lain, yang kebetulan mendapat durian runtuh, naik jabatan mengungkapkan memang tak mudah mengikuti kerja Ahok. "Ahok itu pengennya kita itu beraksi, bekerja terus. Kadang capek sih. Tapi itulah resiko," kata si teman.

Kerjanya bisa 24 jam. Apalagi di Jakarta ada aplikasi Qlue yang bisa diunduh warga. Dengan aplikasi Qlue ini warga bisa melaporkan apa saja. Aparat pemerintah DKI yang dilaporkan harus cepat merespon laporan tersebut. "Kalau tidak ya lagi-lagi bisa kena semprot dinas instansi terkait," jelas si teman.

Temanku, Bro Kris yang masih eselon empat dan emang orangnya rada-rada lugu mengajukan pertanyaan atau pernyataan yang bikin mak jleb. "Tunjangan kinerja daerahnya juga kan maknyus. Jauh lah dari kami, bahkan tunjangan itu bikin ngiri hampir seluruh ASN di Indonesia. Jadi wajar dung kalau dituntut kerja keras melayani warga Jakarta," kata Kris.

Semua yang mendengarkan entah pertanyaan atau pernyataan Kris ini pun sempat terdiam. Lalu tanpa dikomando, semua tertawa. Baik teman yang turun jadi staf maupun yang mendapat durian runtuh.

Yupp. Ahok memang buat kebijakan yang bikin ngiri. Tapi ya itu. Ahok pun memberangus kinerja lambat ataupun kinerja mengulur-ngulur waktu. Memang belum 100 persen cepat dan ikut irama Ahok tetapi paling tidak perubahan kinerja sudah nampak di kecamatan-kecamatan yang menyelenggarakan pelayanan publik. Calo, pungli, tidak ada di kantor pelayanan publik kecamatan.

Seorang teman yang mengurus perizinan di Badan Pelayanan Terpadu (BPTSP) Jakarta Utara pun terkejut karena sangat cepat prosesnya. Kompasianer lain juga pernah menulis soal perizinan di Balai Kota, ketika akan melakukan penelitian juga mendapatkan respon yang baik, di atas rata-rata. Lebih lengkapnya bisa di lihat di sini, Revolusi Pelayanan Publik di Jakarta

Ketika pulang ke Punggung Bukit Barisan Sumatera, Lae Nua dan Bro Kris pun menceritakan hal ini pada saya. Saya juga tak tahu apakah pakai bumbu penyebab atau tidak. 

Seorang notaris yang memiliki wilayah kerja di Kota Prabumulih dan sekitarnya, dan hobi nonton tenis pun pernah bercerita mengenai Ahok. Notaris ini, kalau ada pertandingan lokalan ataupun kejuaraan tenis terbuka, biasanya rela datang dari Prabumulih ke Lapangan Tenis Tiara Remaja.

Kami pun berbincang mengenai Ahok. Satu hal yang diungkapkan oleh notaris ini adalah, Ahok itu bekerja dengan nyali, tanpa beban. "Paling utama adalah Ahok tidak pernah tersandera masa lalu. Sehingga dia memimpin Jakarta dengan transparan. Bahkan nyaris telanjang. Semua dibuka, itulah yang membedakan. Ahok berusaha memberikan pelayanan yang baik," kata si notaris.

Akhirul kalam, kepemimpinan Ahok di Jakarta itu bak virus yang sudah menjangkiti sebagian warga yang tidak dipimpinnya alias non Jakarta. Suka atau tidak (lover or not) itu sudah tercatat dalam sejarah.

Salam dari Punggung Bukit Barisan Sumatera

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun