Sekda Lahat Nasrun Aswari memukul woodball tanda dimulainya kejuaraan
Olahraga satu ini tergolong baru di Lahat, kota kecil nan indah di punggung Bukit Barisan Sumatera. Namanya saja berbau asing, woodball kalau dibahasa Indonesia-kan menjadi bola kayu. Hmmm jangan salah loh, walau bernama woodball ternyata olahraga ini berasal dan dikembangkan di Taiwan antara tahun 1990 dan melesat ke luar Taiwan di akhir tahun 1993. Penemunya Mr Ming Hui Weng.
Itu singkat ceritanya. Nah ini, cara mainnya ternyata mirip olahraga golf yang terkenal muahhhaaaallll buanget mulai dari sepatu, stick, hingga ke bolanya. Untuk wood ball, murah meriah lah, mallet (pemukul) yang terbuat dari kayu ada di kisaran harga Rp 350 ribu sampai Rp 750 ribu. Harga tersebut sudah satu paket dengan bola kayu berdiameter 9,5 cm dan berat 350 gram sampai 360 gram. Gawangnya terbuat dari kayu, berbentuk botol di kedua sisi dan ditanamkan di tanah. Di bagian tengah ada botol yang akan berputar bila dilalui oleh bola kayu. Bola harus melalui botol di tengah. Bila belum melewati, pemain belum dianggap menyelesaikan satu fairway.
Nah, pemenang permainan ini adalah pemain yang paling sedikit nilainya setelah melalui 12 fair way layaknya golf dalam hole. Semakin sedikit pukulan semakin bagus untuk melewati setiap fairway.
Kejuaraan Woodball di Lahat diikuti oleh woodballer dari Kota Palembang, Kabupaten Banyuasin, Muara Enim, dan peninjau dari Kabupaten OKU. Kabupaten Lahat sendiri mengirimkan beberapa tim.
Check it dot. Photo-photonya ya.
Hemmm. Kejuaraan yang dibuka oleh Sekda Kabupaten Lahat, Nasrun Aswari ini berlangsung sebanyak 12 fairway. Dihadiri oleh Ketua WoodBall Provinsi Sumatera Selatan, Ahmad Yani serta undangan lainnya.
Kalau dari cara memukul bolanya yang baik, gayanya memang mengikuti golf. Mungkin ayunannya yang agak-agak-agak gimana gitu. Bola diusahakan tidak melambung seperti golf tetapi mendatar menyusuri tanah ataupun pasir ataupun kerikil tergantung lokasi mainnya.
"Bermain wood ball kalau begitu bisa sambil outbond. Tidak perlu lapangan khusus, bisa di mana saja. Kalau ada lapangan khusus mungkin bisa lebih baik lagi," kata Nasrun sebelum mencoba memukul wood ball untuk pertama kalinya.
Ketua Wood Ball Provinsi Sumatera Selatan, Ahmad Yani, mengungkapkan Kabupaten Lahat, bisa menjadi pionir woodball. "Punya bukit, dan sungai, kebun sawit dan kebun karet. Lokasi-lokasi tersebut bisa dijadikan tempat main. Lokasi woodball diusahakan tidak merubah struktur tanah dan juga alam. Kondisi alam itulah tantangan yang harus diatasi oleh para pemain," kata Yani.
Hemmmm. Ternyata woodballer yang tanding di Lahat tidak hanya remaja pria tetapi juga ada ibu-ibu rumah tangga. Olahraga ini memang tidak membatasi usia, asal bisa memukul bola dan taat aturan semua boleh main. Dalam setiap fairway bisa dimainkan 5 sampai 6 pemain dipimpin oleh satu juri yang mencatat jumlah pukulan dalam setiap game.
Setiap fairway bisa menanjak, melengkung ke kiri atau ke kanan. Pokoknya banyak variasi yang dibatasi oleh tali berwarna cerah dan bendera kecil. Bila bola yang dipukul keluar dari tali maka dinyatakan outball.
Berikut gambar-gambar tips sederhana main woodball.
Jadi kalau mau gaya ala golf, olahraga woodball saja, bisa di mana aja yang penting sehat.
Sebelum mengakhiri tulisan mengenai woodball ini, ada teman yang pakai kaos 18th Asian Games 2018 Jakarta-Palembang. Hehehe sudah sosialisasi nih. Logo Asian Games masih belum kelar juga nih. Kalau sudah ada logo kan bisa demam Asian Games juga. Hehehe. Infonya, woodball dimainkan di Asian Games loh. Di Porprov Sumatera Selatan 2017 juga dipertandingkan. Jadi yooo demamin woodball.
Salam dari Lahat kota kecil di Punggung Bukit Barisan Sumatera.
Â
*)Semua photo dokumen pribadi.
Sejarah Woodball ada di "Bahan Sosialisasi Pelatih, Wasit dan Juri Woodball. Lahat: 18-19 September 2015.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H